Memang Cina sekarang masuk ke dalam kancah pertempuran global, berhadapan dengan dunia Barat, bertempur di wilayah politik, ekonomi dan kebudayaan. Menghadapi pertempuran ini, Cina tentu waspada dan tidak lengah sedikitpun. Setiap terjadinya gerakan protes apalagi kerusuhan, serangan langsung dialamatkan pada musuh bebuyutannya yaitu Amerika Serikat dan dunia Barat pada umumnya termasuk Jepang. Maka tidak aneh kalau setiap gerakan disapu bersih, baik di Tiananmen, Tibet dan Uighur belakangan ini.<>
Merlihat kenyataan seperti itu maka kelompok aktivis mesti berhati-hati dalam melakukan gerakan, jangan sampai kelompok minoritas yang menjadi korban. Memang sejak lama dikhawatirkan akan terjadinya kerusuhan di propinsi Xinjiang itu, mengingat propinsi itu berbatasan dengan Negara lain di Asia tengah, sementara kawaasan Asia tengah telah mulai masuk pada pengaruh Barat, sehingga pemerintah Cina akan terus waspada terhadap gerak gerik masyarakat Asia tengah, terutama yanag beragama Islam.
Keberadaan umat Islam di kawasan itu juga sejak lama menjadi incaran kelompok Islam fundamentalis Timur Tengah sebagai arena jihad mereka. Berbagai provokasi dilakuakn terhadap Muslim di kawasan itu agar memberontak terhadap pemerintah pusat. Tindakan berbahaya it terus mereka kobarkan, sehingga kecurigaan Pemerintah terhadap etnis yang mayoritas muslim itu makin tinggi, sehingga tekanan yang dilakukan juga semakin keras. Bersamaan dengan itu maka munculnya gerakan protes merupakan letupan dari realitas yang terjadi.
Kalau kita menaruh solidaritas terhadap Muslim itu, bukan dengan cara mengobarkan semangat jihad dan datang dengan membawa senjata. Pemerintah Cina sudah terlalu kuat, sehingga sekuat gerakan apapun akan ditumpas dalam ukuran jam. Karena itu menyingkirkan fanatisisme dan berbagai provokasi itu lebih penting, demi keselamatan masa depan kehidupan Muslim di propinsi itu. Kalau tidak, suku itu sendiri akan dimusnahkan sebagaimana etnis Tibet.
Apalagi dalam situasi pertarungan global itu sendiri, Cina akan selalu mengidentifikasi seluruh gerakan itu sebagai provokasi negara Barat untuk merongrong kewibawaan pemerintah Cina. Akhirnya kaum Muslimin hanya akan menjadi korban dari sebuah pertarungan besar antara Cina dengan dunia Barat. Alangkah sayangnya kalau peta ini tidak dipahami mereka, sehingga melakukan perjuangan heroik tetapi membentur pada tembok kekuasaan komunis Cina.
Dengan memahami pertarungan dua kekuatan besar di dunia itu diharapkan kaum Muslimin di negeri itu lebih arif dalam melakukan tindakan. Karena tindakan yang dilakukan akan menumbuhkan luka yang mendalam dan berakibat lama bagi eksistensi suku itu sendiri, bahkan bisa mengarah pada etnic cleansing atau genosida. Kepandaian dalam mensiasati tekanaan lebih penting ketimbang upaya frontal melawan rezim komunis. Kekuatan rezim itu tidak mudah dihadapi kaum militan Uighur. Jalan damai mestinya lebih diutamakan, karena akan lebih menjamin keberlangsungan kehidupan etnis itu dan syi’ar Islam di sana. (Abdul Mun’im DZ)
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
3
Rahasia Mendidik Anak Seperti yang Diajarkan Rasulullah
4
Pemerintah Keluarkan Surat Edaran Pembelajaran Siswa Selama Ramadhan 2025
5
Doa Istikharah agar Dapat Jodoh yang Terbaik
6
5 Masalah Bakal Dibahas Komisi Maudhu'iyah di Munas NU 2025, Berikut Alasannya
Terkini
Lihat Semua