Warta LIPUTAN HAJI

Berjalan Kaki Satu Jam ke Masjidil Haram demi 100 Ribu kali Sholat

Senin, 8 November 2010 | 02:05 WIB

Makkah, NU Online
Tempat Sholat di Masjidil Haram memang merupakan tempat sholat yang paling nyaman dan paling diiinginkan oleh seluruh umat Muslim di dunia. Bersama dengan Masjid Nabawi Madinah, Masjidil haram merupakan tempat yang tiada satupun larangan Sholat di sana.

Karenanya, setelah bersusah payah menabung uang dan mengantri giliran berhaji selama bertahun-tahun, jamaah haji Indonesia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ditunggu-tunggunya seumur hidup ini. Meski cuaca sangat tidak bersahabat (untuk ukuran orang Indonesia), dan meski usia tak lagi muda, namun semangat untuk beribadah di tempat paling mulia bagi orang Islam ini tak pernah surut.
>
Karena banyaknya kendala di lapangan, jamaah haji Indonesia tidak dapat selalu sholat di Masjidil Haram. Selain jauh, mobil tumpangan yang diperebutkan banyak orang, takut tersesat adalah salah satu tantangan jika ingin Sholat di Masjidil Haram.

Namun demikian, selalu saja ada jamaah yang memiliki tekad lebih untuk menjalankan ibadah di Masjidil Haram. Meski tidak selalu lima waktu dapat sholat di Masjidil Haram, namun tekad dapat sholat di Masjdil Haram patut diacungi jempol tersendiri.

"Bayangkan saja Mas, dari pondokan di Bakhuthmah ke Masjidil Haram, butuh waktu satu jam berjalan kaki. Mereka yang masih muda pun mengeluhkan panasnya cuaca, apalagi yang sudah tua-tua? Jadi ya kadang-kadang kita sehari ke Masjidil Haram, sehari di kamar pondokan saja," tutur Ngatiran, Jamaah Asal Jambi kepada NU Online, Ahad (7/11).

Menurut lelaki yang diajak bertransmigrasi oleh orang tuanya saat berumur enam tahun ini pada tahun 1976, dirinya bersama dengan teman-teman serombongannya selalu tolong menolong dan saling mendukung agar semua rombongan dapat sesering mungkin beribadah di Masjidil Haram. Dapat sesering mungkin sholat dengan pahala 100 ribu kali lipat dibandingkan dengan pahala sholat di tempat lain.

"Kadang-kadang bahkan lebih nyaman berjalan kaki dari pondokan, meskipun jaraknya cukup jauh. Karena kami katanya termasuk ring satu, jadi tidak disediakan mobil gratis. Bus-bus berbendera Indonesia juga tidak pernah mau distop," tuturnya dengan logat jawa yang medok.

Memang bus-bus hanya disediakan oleh paitia untuk para jamaah yang tinggal di ring dua Makkah, dengan jarak minimal 2000 meter (2km) dari Masjidil Haram. Meskipun pulang dari Masjidil Haram, siapa pun boleh naik, namun karena jumlah jamaah tidak sebanding dengan jumlah bus yang siap (stanby), maka berebut menumpang adalah sebuah kesulitan tersendiri. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab saudi)