Warta TAHUN BARU HIJRIYAH 1429

Dua Peristiwa Penting dalam Perjalanan Hijrah Nabi

Rabu, 9 Januari 2008 | 21:10 WIB

Jakarta, NU Online
Tahun pertama dalam kalender Islam dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah yang menjadi tonggak awal sukses dakwah Islam. Masyarakat Madinah dengan suka rela menerima kedatangan Sang Rasul, menyampaikan risalah islamiyah, membentuk tatanan masyarakat yang madani.

Ada dua peristiwa penting dalam perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, demikian Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama KH A Nuril Huda, kepada NU Online di Kantor PBNU Jakarta, Rabu (9/1). Peristiwa itu bisa menjadi teladan umat Islam, khususnya di Indonesia, dalam menapaki Tahun Baru Hijriyah 1429 kali ini.

<>

Perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, sekitar 416 kilometer, ditempuh selama 16 hari dengan mengendarai onta. Nabi mengistirahatkan onta pada saat matahari hampir tepat di atas kepala dan baru melanjutkan perjalanan sore harinya. "Betapa Nabi sangat menaruh belas kasih kepada sesama mahluk Allah," kata Kiai Nuril.

Dalam perjalanan itu, Nabi diikuti oleh pembunuh bayaran dari Makkah bernama Suroqoh bin Malik yang mengendarai kuda pilihan. Dia mendapatkan iming-iming hadiah seratus unta dan wanita cantik. Namun ketika hendak mendekati Nabi, kuda Suroqoh mendadak terpeleset dan jatuh. Riwayat lain menyebutkan, kuda Suroqoh terperosok masuk kedalam tanah, dan itu terjadi sampai tiga kali.

Nabi yang mengetahui hal itu lalu mendekati Suroqoh dan menolongnya. Suroqoh yang penasaran dengan perilaku Nabi itu lantas menanyakan sesuatu perihal Tuhan Muhammad. Terjadilah dialog. Lalu turunlah ayat Al-Quran surat Al Ihlas. Pada ayat pertama berbunyi, "Kakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa."

Suroqoh tertegun, tidak bisa berkata apapun. Bahkan kemudian dia menawarkan barang-barang perbekalannya untuk keperluan perjalanan Nabi, namun nabi menolak.

"Inilah pelajaran pertama, seorang pemimpin tidak mudah menerima sesuatu dari orang lain karena kepemimpinannya," kata Nuril.

Peristiwa selanjutnya adalah ketika Nabi kehabisan perbekalan. Nabi bersama Sahabat Abu Bakar dan dua orang pengawal singgah di sebuah perkemahan, hendak membeli perbekalan. Perkemahan itu dihuni oleh seorang perempuan bernama Umi Ma'bad yang ternyata dalam keadaan serba berkekurangan.

Ada seekor hewan perahan tapi dalam keadaan kurus kerontang. "Jangankan susu Tuan, air kencing hewan itu pun sudah tidak ada," kata Umi Ma'bad kepada Nabi, seperti disampaikan Kiai Nuril.

Namun kemudian Nabi mendekati hewan itu, memeras kantong susunya dan dengan izin Allah hewan itu keluar air susunya. Pertama-tama Nabi memberikan gelas berisi susu kepada Abu Bakar, kedua kepada Sahabat yang menuntun onta Nabi, ketika kepada Sahabat yang menuntun onta Abu Bakar, baru kemudian Nabi meminumnya.

"Banyak perintiwa penting dalam hijrah, namun dari peristiwa yang barusan kita diajarkan bahwa semestinya pemimpin mendahulukan kepentingan rakyatnya," kata Kiai Nuril.

Umi Ma'bad yang keheranan lalu bertanya kepada Nabi. "Kenapa Anda tidak minum terlebih dahulu?" Nabi menjawab, "Khodimul umam akhiruhum syurban, pelayan umat itu minumnya belakangan." (nam)