Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsudin mengatakan perlunya organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah untuk mengikis budaya fanatisme komunal dalam beragama.
"Budaya fanatisme komunal dalam organisasi memang tidak sepenuhnya salah tapi perlu diproporsionalisasi sehingga kita punya semangat membuka diri dalam beragama," katanya dalam acara silaturahmi menjelang berbuka puasa dengan pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), yang juga dihadiri Ketua PBNU, Andi Jamaro Dulung, Kamis (20/10) di lantai V gedung PBNU.
<>Menurut Din, yang juga mantan ketua IPNU di Sumbawa, hadirnnya budaya fanatisme ini karena kesalahan fatal orang NU dan Muhammadiyah yang mengkristalisasikan dirinya menjadi kaum, kaum Nahdliyin, kaum Muhammadiyin. Jadi membentuk komunitas.
Dari sinilah, lanjutnya, baik warga NU maupun Muhammadiyah yang kemudian mempersepsikan dirinya dan organisasiny itu menjadi pseudo-agama, bahkan menjadi agama itu sendiri. "Islamnya direduksi diturunkan kebawah sedangkan organisasinya dinaikan keatas. Kalau ada apa-apa dengan Islam semangat jihadnya kurang, kalau ada apa-apa dengan oraganisasi siap mati," papar pria yang mendapat beasiswa dari Fulbright, Amerika Serikat untuk gelar doktoralnya.
"Saya kira bukan hanya di NU, di Muhammadiyah semangat fanatisme seperti itu juga ada. Maka dari itu kedepan perlu kita tingkatkan kesadaran bersama untuk mengikis budaya itu," tandasnya.
Dalam kesempatan itu Din Syamsudin tidak banyak membicarakan persoalan keagamaan yang sedang dihadapi umat Islam Indonesia, yang sempat ditawarkan ketua PBNU Andi Jamaro dalam kata pembukanya, Din lebih banyak menceritakan perjalanannya sewaktu menjadi ketua IPNU sewaktu SMP hingga menjabat Ketua Umum Muhammadiyah.
Salah satu yang menarik, kata Din dia pernah dipukul sangat keras oleh orang tuanya yang salah satu pengurus NU di Sumbawa Besar ketika dia menggunakan kertas penting yang harus segera ditanda tangani oleh bapaknya untuk membuat layang-layang, padahal surat tersebut
terkait dengan keputusan bersama partai politik yang sudah ditanda tangani oleh 7 organisasi. "Saya masih teringat-ingat peristiwa itu," pungkasnya din yang sering disebut-sebut Duta NU di Muhamadiyah oleh koleganya karena latar belakangnya yang kental dengan NU. (cih)
Terpopuler
1
Cara Wudhu di Toilet agar Tidak Makruh
2
Kolaborasi LD PBNU dan LTM PBNU Gelar Standardisasi Imam dan Khatib Jumat Angkatan Ke-4
3
Gus Yahya Ceritakan Awal Mula Kiai Ali Maksum Merintis Pengajian Kitab di Pesantren Krapyak
4
Hasil Mudzakarah Haji: Hasil Investasi Boleh Biayai Jamaah Lain, Dam Bisa Disembelih di Tanah Air
5
Ketika Abu Yazid Al-Busthami Merasa Jadi Ulama Besar
6
Hukum Gugat Cerai Suami karena Nafkah Batin
Terkini
Lihat Semua