Jakarta, NU Online
Gelombang kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan telah menelan ratusan bahkan ribuan nyawa orang. Peristiwa berdarah yang muncul di akhir 2001 hingga Januari 2004 itu, menurut pemerintahan Thailand, adalah generasi pemberontak berikutnya yang dapat mengancam integrasi bangsa.
Mengapa militer Thailand yang selama Perang Dingin mampu melumat pemberontakan Komunis melalui kombinasi perang psikologis dan pertempuran konvensional tidak mampu mengatasi aksi penduduk Melayu di Thailand Selatan?
<>Melihat persoalan inilah, The Wahid Institute mengadakan diskusi yang bertajuk “Thaksin Clamored, Influence to Moslem Movement Dynamics in Phatani, South Thailand.”
Diskusi tersebut berlangsung hari ini, Senin (20/03) di kantor The Wahid Institute jalan Taman Amir Hamzah No. 8 Jakarta Pusat. Diskusi yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Karim Raslan (Malaysia) dan Don Phatan (Thailand) itu berlangsung cukup dialogis.
Dalam diskusi yang dihadiri perwakilan dari pelbagai LSM dan media massa itu, Pathan menyatakan, kekerasan yang terjadi di wilayah ini dapat menarik keterlibatan kelompok-kelompok luar seperti jaringan teroris internasional.
“Banyak orang menyatakan bahwa Jemaah Islamiyah memiliki hubungan erat dengan kelompok separatis untuk memisahkan diri dari negara seperti yang ada di Mindanao, Philipina selatan,” ungkap Pathan.
Karena itu dia menyarankan agar pemerintah Thailand lebih memperhatikan kepentingan-kepentingan penduduk Melayu yang berada di wilayah selatan melalui tiga pilar utama, yaitu negara, agama, dan monarkhi. (dar)
Terpopuler
1
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
2
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
3
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
4
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
5
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
6
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
Terkini
Lihat Semua