Warta

Gus Dur: Kudeta Militer di Thailand Demi Selamatkan Negara

Jumat, 22 September 2006 | 05:26 WIB

Semarang, NU Online
Sejak kemunculannya awal 1980-an Gus Dur dikenal sebagai pejuang demokrasi yang gigih, maka wajar bila saat ini telah mencapai kematangan, sehingga tidak melihat demokrasi secara prosedural  tetapi lebih substantif. Demokrasi sebagai alat bukan sebagai tujuan.

Karena itu wajar kalau Mantan Ketua Umum PBNU, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menilai, bahwa yang dilakukan militer Thailand sesungguhnya sebuah tindakan taktis demi menyelamatkan negaranya. Militer mensinyalir apa yang dilakukan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra telah mengancam integritas bangsanya.

<>

Pada umumnya kalangan pro-demokrasi Indonesia memang mengutuk kudeta tersebut, sebagai penodaan terhadap demokrasi. Sementara itu sejak awal kelompok-kelompok  anti-imperialis, baik di perguruan tinggi maupun pesantren cenderung menaruh simpati, sebab tindakan militer itu penting untuk memangkas jaringan neoliberal imperialis yang direprentasikan oleh Thaksin, sebagai seorang saudagar  yang sudah menjual negara pada kepitalisme dan imperialisme global. Kekejaman yang dilakuknan di Thailand selatan merupakan bagaian dari agenda global itu.

“Orang Thailand itu tidak bisa diperintah, berbeda dengan orang Indonesia. Saya menilai kudeta yang dilakukan militer di Thailand adalah untuk kepentingan yang lebih besar, yakni keutuhan Thailand,” ungkap pengasuh pesantren Ciganjur tersebut di Semarang, Kamis (21/9).

Seperti diberitakan, militer Thailand melakukan kudeta atas Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, menjelang Selasa (19/9) tengah malam. Tentara yang mendukung Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Sonthi Boonyaratglin yang dipecat Thaksin menguasai Kota Bangkok.

Menurut Sonthi, Thaksin sudah menyebabkan perpecahan, membuat korupsi dan nepotisme makin merajalela, serta membunuh lembaga independen. "Kalau pemerintahan sementara yang dipimpin Thaksin diizinkan mengelola negara ini maka mereka bakal melukai rakyat," ujarnya.

Sonthi yang memimpin kudeta terhadap PM Thaksin juga berjanji akan menunjuk PM sementara dalam dua pekan ini.

Sejumlah tokoh telah diunggulkan sebagai calon PM sementara Thailand pascakudeta militer. Mereka terdiri atas mantan tentara, epnsiunan hakim agung, gubernur bank sentral, dan pengusaha.

Setidaknya ada delapan tokoh yang namanya disebut-sebut sebagai calon PM sementara. Mereka, antara lain Pridiyathorn Devakula, Anand Panyarachun, Ackaratorn Chularat, Chancai Likhitjitta, Surayud Chulanont, dan Sumet Tantivejakul. (dar/nam)