Kudus, NU Online
Dikisahkan suatu saat Rasululllah SAW menanyakan perihal keberadaan Harqa, seorang sahabat wanita yang dikenal sebagai ‘tukang bersih-bersih’, kepada salah seorang sahabat. Rasululllah merasa tak pernah lagi melihat sosoknya.
Sahabat itu pun menyampaikan bahwa Harqa telah meninggal dunia. Dengan penuh sesal Rasulullah balik bertanya, “Kenapa saya sampai tidak mendengar berita kematiannya?”
<>Ilustrasi tadi mengawali ceramah yang disampaikan Wakil Rais Am PBNU KH A. Musthofa Bisri dalam pengajian haul kesepuluh Mantan Rais PCNU Kudus Mbah KH. Makmun Ahmad pada Senin (23/1) di kompleks pondok Tasywiquthulab Assalafiyyah (TBS) Desa Langgar Dalem Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
Gus Mus mengatakan Rasulullah merupakan sosok yang memiliki perhatian dan rasa kasih sayang yang tinggi terhadap umatnya. “Hingga, sahabat yang pejabat rendahan pun tak luput dari perhatiannya,” ujarnya.
Menurutnya, pemimpin sekarang tak lagi punya perhatian seperti dicontohkan Nabi. Hal ini terbukti pemimpin-pemimpin sekarang kurang peduli dengan nasib rakyat bahkan gemar korupsi.
Dikatakan Gus Mus, ini terjadi karena dunia pendidikan di Indonesia hanya terjebak pada kaidah ta’lim (pengajaran), dan mengenyampingkan tarbiyah (pendidikan). “Padahal tarbiyah itu penting karena berorientasi pada akhlaq, sedangkan ta’lim hanya pada ilmu,” tuturnya.
Ia menjelaskan, pendidikan kita terlalu sibuk mengurusi pelajaran matematika, sejarah dan lain sebagainya. Tapi, pelajaran sabar, tawadlu’, atau akhlaq tak begitu diperhatikan.
“Selama ini pesantren lebih mendahulukan pendidikan (akhlaq), dari pada pengajaran (ilmu). Pendidikan (akhlaq) inilah yang harus ditekankan dalam dunia pendidikan di Indonesia,” lanjutnya.
Dalam pengajian haul ini, Gus Mus juga menyampaikan bahwa Kyai-kyai zaman dulu dalam mendidik santrinya tak hanya lahiriah tapi juga bathiniyah.
“Proses mendidiknya sampai dengan alam batihiyah inilah yang dicontohkan para kyai. Kyai Umar Mangkuyudan itu selalu mendoakan di waktu malam, agar santrinya yang nakal-nakal menjadi baik,” tutur kyai asal Rembang ini.
Sementara itu menurut salah seorang santri Ahmad menceritakan bahwa Mbah Makmun merupakan kyai yang bisa membuat hati kita damai. “Mbah Makmun bisa membuat kita ayem,” kenangnya.
Pengajian ini dihadiri ratusan santri TBS, dan masyarakat sekitar. Tak ketinggalan beberapa tokoh dan ulama Kudus pun turut hadir. Terutama ulama yang mengajar di Madarasah TBS.
Ahmad selaku panitia menuturkan, pengajian ini merupakan agenda tahunan. “Setiap tahun ada haul,” katanya. Menariknya lagi, pengajian ini juga membagi-bagikan sego buntelan atau nasi bungkus.
Sego buntelan ini dibungkus daun jati serta didampingi lauk daging kerbau. “Nasi ini bukan nasi biasa, ini mengandung berkah karena sudah didoakan,” jelas Shofi’i salah seorang peserta pengajian ini.
Sehari sebelum pengajian Ahad (22/1), diadakan khitanan massal yang diikuti anak-anak se-Kabupaten Kudus.
Redaktur : Hamzah Sahal
Kontributor : Abdurrochim, Qomarul Adib
Terpopuler
1
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
2
Hukum Quranic Song: Menggabungkan Musik dengan Ayat Al-Quran
3
Surat Al-‘Ashr: Jalan Menuju Kesuksesan Dunia dan Akhirat
4
Haul Ke-15 Gus Dur di Yogyakarta Jadi Momen Refleksi Kebijaksanaan dan Warisan Pemikiran untuk Bangsa
5
Menag Nasaruddin Umar akan Wajibkan Pramuka di Madrasah dan Pesantren
6
Mariam Ait Ahmed: Ulama Perempuan Pionir Dialog Antarbudaya
Terkini
Lihat Semua