Warta

Harlah NU Diperingati Secara Sederhana dan Khidmat

Jumat, 28 Januari 2005 | 13:37 WIB

Jakarta, NU Online

Saat ini NU sebagai organisasi kemasyarakatan telah mencapai usia 79 tahun. Organisasi yang lahir pada 26 Juni 1926 itu dimaksudkan sebagai organisiasi perjuangan  untuk mengemansipasi kaum santri baik dari penjajahan Belanda maupun dari keterbelakanagan. Dalam khidmatnya selama 79 tahun itu NU telah berhasil membawa perubahan drastis  kehidupan kaum santri, yang tidak hanya bisa mengurusi pesantren tetapi mampu mengurusi persoalan politik, ekonomi dan kebudayaan. Dengan kiprah besarnaya itu maka layaklah hari ulang-tahun (Harlah) NU itu diperingati oleh warga NU.
Peringatan harlah NU yang diselenggarakan oleh NU Online di lantai V Gedung PB NU kemarin malam, berjalan dengan khidmat dan syahdu.

<>

Sebagaimana tradisi di NU, Peringatan tersebut disertai dengan pemotongan tumpeng oleh Abdul Mun'im Dz selaku Pemred NU Online yang kemudian diserahkan pada tamu kehormatan seorang Penyanyi kondang Franki Sahilatua, yang turut hadir pada peringatan itu. Memang sejak lama penyanyi lagu-lagu country yang satu ini sangat dekat dengan komunitas NU.

Walaupun peringatan Harlah NU itu diselenggarakan dengan sederhana, tetapi juga dihadiri para aktivis muda NU seperti penulis NU terkenal Ahmad Baso, Enceng Shobirin Nadj (Wakil Direktur LP3ES), Syafie' Alieha (mantan Komandan Famred) dan banyak aktivis yang lain, termasuk anggota DPR dari FKB yaitu H. Masduki Baidlowi, serta budayawan Sides Sudyarto DS. Tetapi dari jajaran pengurus PBNU sendiri tidak kelihatan dalam acara peringatan itu. Dan tampaknya PBNU sendiri tidak menyelenggarakan acara peringatan Harlah NU secara khusus.
Acara yang diselenggarakan NU Online itu sendiri berlangsung secara informal, tetapi dalam suasana santai itu muncul beberapa pembicaraan serius mengenai sejarah perjuangan NU, baik masa penjajahan, masa orde lama dan orde baru, sehingga menduduki peran penting dalam sejarah politik dan kebudayaan nasional. Tetapi karena ada ketidakadilan sejarah, maka peran kesejarahan NU dilupakan dengan demikian peran politiknya sekarang juga dipinggirkan. Karena itu muncul usulan untuk merekonstruksi sejarah dan peran NU, yang lebih representatif.
Enceng Shobirin mengingatkan bahwa bagaimanapun sederhanaya, peringatan sebuah organisiasi itu penting. Ultah NU itu penting diperingati agar bisa selalu bercermin pada sejarah dan ideologi NU sendiri, kalau tidak NU bisa kehilangan orientasi, dan tercerabut dari sejarahnya sendiri. Bagi mereka yang hanya menjadikan NU sebagai kendaraan politik tentu akan mengabaikan sejarah NU. Tetapi bagi mereka yang benar-benar mau berkhidmat, tentu akan selalu menengok sejarah organisasi itu ketika dirintis dan dikembangkan para ulama terdahulu, paling tidak sebagai bahan bandingan membuat strategi di masa depan dalam segala bidang.
Bahkan Franky mengusulkan agar peran-peran NU di bidang kebudayaan terus dikembangkan, sebab saat ini Indonesia tidak memiliki orientasi kebudayaan yang jelas, karena itu NU sebagai kekuatan moral dan kekuatan budaya ayang besar seharusnya mampu memberikan orientasi bagi pengembangan budaya Indonesia. Karena peran-peran NU dengan Lesbuminya pada tahuin 1960-an sangat berarti dalam membangun  karakter warga NU dan  bangsa ini secara keseluruhan.
lebih lanjut, Enceng  berharap kedepan ada upaya memperkuat gerakan moral NU, karena dengan begitu jaringan NU ke seluruh wilayah dan cabang akan terbangun dan NU menjadi kekuatan yang disegani. "Kekuatan sebetulnya sudah ada, tinggal kemampuan untuk mengorganisasir", tegasnya disela-sela menikmati hidangan nasi kuning.
aktivis NU, Ahmad baso menambahkan untuk  membangun kekuatan basis tersebut harus ada kajian pengetahuan tentang kondisi riil NU daerah atau NU lokal , seperti program yang sedang dijalankan oleh Lajnah Taklif Wan Nasr (LTN) NU. (Nva)