Warta Belum ada Tanda-Tanda Peredaan Bencana

Hasyim Ingatkan Kembali Seruan PBNU

Kamis, 8 Maret 2007 | 11:35 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi berpendapat bencana yang datang silih berganti melanda Indonesia masih akan terus terjadi selama bangsa Indonesia tidak merubah perilakunya. Karena itu, ia mengingatkan kembali kepada Nahdliyyin untuk melaksanakan seruan PBNU menjelang awal tahun baru 1427 H.

“Tampaknya belum ada tanda-tanda peredaan bencana, Saya mengingatkan kembali seruan PBNU yang dikeluarkan 2 Desember 2006 lalu untuk prihatin, jujur, tidak serakah dan menjalankan puasa sebagai upaya untuk menghindari terjadinya bencana,” tuturnya.

<>

Entah apa lagi yang akan terjadi, setelah tenggelamnya kapal laut Levina I yang menelan puluhan korban, secara beruntun terjadi tanah longsor di Manggarai NTT, gempa di Sumatra Barat dan terbakarnya pesawat Garuda di Jogja.

Kiai Hasyim meminta introspeksi tersebut harus melibatkan semua golongan, bukan sekedar pemimpin atau rakyatnya saja. “Ini merupakan akibat dari ulah kita semua. Bagaimana mungkin hutan digunduli sebanyak 59 juta hektar sampai nga ketahuan,” tuturnya memberi contoh.

Menurutnya bencana bisa dikategorikan dalam dua hal, pertama memang karena sudah takdir sehingga manusia tak bisa campur tangan dan kedua karena ulah manusia. “Kalau yang ini, kita tak cukup dengan doa. Tak mungkin kita berdoa sambil nebangi hutan, ya tetap banjir,” tambahnya.

Aspek lain yang menurutnya menimbulkan bencana adalah masalah moralitas. Korupsi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan kemiskinan yang akhirnya menimbulkan berbagai konflik sosial.

Tentang kecelakaan yang menimpa pesawat Garuda, Kiai Hasyim meminta adanya penyelidikan lebih lanjut. “Dilihat dulu, pesawatnya baik apa tidak, kalau memang laik jalan apa, bisa diteliti apa ada faktor human error. Di Indonesia ini kan yang senior pesawatnya, bukan pilotnya,” tandasnya.

Mengenai dugaan adanya sabotase dalam kecelakaan Garuda yang ditumpangi oleh para wartawan dan staff kedutaan Australia, ia meminta aparat intelejen untuk menelitinya lebih lanjut. (mkf)