Warta

Hasyim Muzadi: Moral Politik Indonesia Masih Jauh Panggang dari Api

Ahad, 6 Januari 2008 | 01:37 WIB

Tulungagung, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) DR KH Hasyim Muzadi mengemukakan, moral politik bangsa Indonesia saat ini masih sebatas sebuah angan-angan yang belum diaktualisasikan secara riil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Political morality kita masih jauh panggang daripada api, masih sebatas angan-angan. Kita nggak tahu sampai kapan political morality kita bisa seperti yang ada di negara-negara lain," tegas Hasyim Muzadi saat meresmikan kantor PCNU Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (5/1).

<>

KH Hasyim Muzadi mengemukakan penilaiannya itu setelah sebelumnya membandingkannya dengan moral politik yang dimiliki Bangsa Iran. Diakui Hasyim, dirinya sangat kagum ketika Ahmadinejad bisa terpilih menjadi presiden Iran. Padahal, rival dalam pemilihan presiden itu seorang mantan ketua parlemen yang juga kaya raya.

Suatu ketika, kekagumannya itu pernah ditanyakan kepada koleganya, seorang syeikh terkenal di Iran. "Saya tanyakan kepada syeikh itu, kenapa Ahmadinejad bisa terpilih menjadi presiden. Ternyata, jawabannya, Ahmadinejad terpilih menjadi presiden, karena dia miskin. Saya langsung kaget. Kok beda ya dengan yang terjadi di negara kita. Ini artinya, political morality kita masih jauh panggang daripada api," kata Hasyim Muzadi.

Di hadapan warga nahdliyin, KH Hasyim juga mengingatkan posisi NU yang sebenarnya nasabnya bagus, tapi nasibnya selalu jelek. "Kita memang kuat di bidang ubudiyah. Tapi, kita lemah di bidang nidzamiyah. NU itu selalu terlibat dalam setiap perjuangan, tapi selalu kocar-kacir di bidang kenegaraan. Maka, yang diperlukan NU sekarang, selain kekuatan rokhaniyah juga kekuatan nidzamiyah," ujar pengasuh Ponpes Al Hikam Malang ini.

Pada bagian lain, Hasyim Muzadi mengungkapkan keprihatinannya terhadap manajemen kepengurusan NU yang diibaratkan masih seperti mobil taksi. Akibatnya, langkah perjuangan NU menjadi sangat bergantung kepada siapa figur yang mengendalikan kepengurusan organisasi. Jika demikian, tambah dia, NU bisa kehilangan arah perjuangan sebagaimana digelorakan kiai-kiai yang menjadi pendirinya.

"Kepengurusan NU, hari ini seperti taksi.  Jadinya, perjuangan NU tergantung pengurus yang sedang menjadi ‘sopir’ taksi yang bernama NU. Ini terjadi dimana-mana," ujar Hasyim Muzadi mengingatkan kader-kadernya.

Agar tidak seperti taksi, tambah Hasyim, PBNU akan mengadakan musyawarah nasional (Munas ) alim ulama, akhir Desember 2008 ini. "Sesuai amanat Rais Am, Munas alim ulama ini untuk merumuskan ‘rel’ yang bisa dijadikan  lintasan para pengurus NU. Dengan begitu, jika terjadi regenerasi kepengurusan, arah NU tidak ganti-ganti haluan seperti saat ini,"’ ungkap Hasyim.

Selaku Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi juga mengajak warga nahdliyin di semua tingkatan untuk menghidupkan kembali keberadaan jamaah dan pengajian kitab di masjid-masjid. "Ini penting untuk brain storming. Jangan sampai kebiasaan NU seperti itu ditinggalkan. Tradisi NU itu bisa diambil orang lain kalau kita tidak menghidupkannya," terang Hasyim Muzadi.

Sementara itu, peresmian gedung PCNU yang berlokasi di Desa Gedangsewu, Kecamatan  Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, seperti dilaporkan kontributor NU Online Muhibuddin dari Tulunggagung, ditandai dengan pemukulan bedug yang dilakukan KH  Hasyim Muzadi.

Ikut menyaksikan pemukulan bedug, Ketua PCNU H. Chamim Badruzzaman, Bupati Ir Heru Tjahjono, MM, Ketua PWNU Jatim, DR Ali Maschan Moesa, anggota FKB DPR RI, Ali Masykur Moesa, Ketua Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa. Acara ini juga dihadiri pengurus cabang NU yang ada di sekitar kota Tulungagung.

Selain itu, dalam peresmian itu, Hasyim Muzadi juga menyerahkan bibit tanaman kepada warga nahdliyin sekaligus untuk mencanangkan gerakan penghijauan. Bibit tanaman penghijauan yang diserahkan, antara lain berupa 30.000 batang bibit tanaman durian dan bibit jati emas sejumlah 10.000 batang. (bin)