Warta

Hasyim: Saya Kagum pada Pak Idham Cholid

Jumat, 7 Maret 2008 | 11:05 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengaku kagum pada mantan Ketua Umum PBNU KH Idham Chalid karena berhasil memimpin NU selam 28 tahun tanpa gejolak yang berarti.

“Sebagai ketua umum PBNU, saya termasuk orang yang mengagumi beliau, karena memimpin NU selama 28 tahun dan tidak ada gejolak dalam NU selama beliau memimpin. Ini sangat sulit. Kalau saya, memimpin NU 8 tahun saja ruwetnya bukan main,” katanya dalam acara peluncuran buku”Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid: Tanggung Jawab Politik NU dalam Sejarah” di Jakarta, Kamis (6/3) malam.

<>

Dihadapan undangan, termasuk Wapres Jusuf Kalla, Agung Laksono, Hidayat Nur Wahid, Muhaimin Iskandar dan lainnya, Hasyim menjelaskan memimpin NU tidak mudah karena NU tumbuh dari kultur dan menjadi struktur, sehingga belum pernah struktur melebihi kultur.

“Pemimpin-pemimpin NU struktural, selama dia belum mampu menyelami dengan baik suasana kultur, hakekatnya dia belum mampu menyelami NU dengan baik,” paparnya.

Dikatakannya, Kiai Idham Chalid juga telah berhasil membawa NU keluar dari masa-masa pelik, bahkan genting saat Indonesia masih berusia muda dengan dinamika politik yang luar biasa.

Pada tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan mendirikan partai NU. Selanjutnya, tahun 1955 yang penuh gejolak karena demokrasi liberal berjalan selama 4 tahun dan tahun 1959 masuk dekrit presiden. Lalu tahun 1960 Bung Karno menjalankan Manipol Usdek yang berjalan 5 tahun sampai tertengahan tahun 1966.

Suasana krisis juga belum berakhir karena terjadinya pergantian kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru. Tahun 1967-1969, posisi NU justru terjepit. Tahun 1971 ada pemilu yang pertama masa Soeharto dan NU sangat berat karena dihajar habis oleh Golkar.

Dijelaskannya menyelamatkan jamaah NU yang yang sedemikian banyak tentu memerlukan kepribadian arif dan tangguh. “Orang yang mengerti Pak Idham menyatakan beliau orang yang istikomah dalam berbagai situasi, tetapi orang yang tidak cocok pasti mengatakan oportunis. Karena dari masa ke masa selalu mendapatkan tempat,” tandasnya.

Meskipun berbeda pandangan politik, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam Malang ini mengatakan Kiai Idham tetap menjalin silaturrahmi dan ukhuwah dengan Buya Hamka.

“Perbedaan partai ini tidak mengurangi silaturrahmi dengan yang lain sehingga Pak Idham dengan Buya Hamka. Ketidakharmonisan dalam bidang politik tidak harus membuat pemimpin tidak harmonis dalam ukhuwwah,” imbuhnya.

TErakhir, Kiai Hasyim berharap Keberhasilan KH Idham Cholid dalam memimpin NU ini dapat menjadi pelajaran dalam mengembangkan NU ke depan agar semakin jaya. “NU punya kemulyaan dan harus kita bangun kemuliaan baru ini menyongsong masa depan,” tandasnya memberikan semangat. (mkf)