Warta

Hisham Kabbani: “Tantangan Dunia Islam Soal Kemiskinan

Rabu, 25 Februari 2004 | 09:55 WIB

Jakarta, NU.Online
Salah satu tantangan besar dunia Islam saat ini adalah pengentasan kemiskinan. Namun membangun perekonomian itu tidak semudah membalik telapak tangan. Semua harus dilakukan pelan-pelan.

Pendapat tersebut disampaikan oleh Shaykh Muhammad Hisham Kabbani, ‘Chairman, Islamic Supreme Council of America’. Kabbani yang ahli di bidang kimia, dan medis ini, mempresentasikan makalahnya di komisi Islam dan Pembangunan dalam International Conference of Islamic Scholars’ICIS’ pada Rabu (25/02) di JHCC.

<>

Dalam makalah yang berjudul The Importance of Technology in the Development of Islamic Countries, Kabbani mengatakan,”Pengenalan teknologi harus sudah mulai diperkenalkan sejak dini, sebagaimana dilakukan di sekolah-sekolah tingkat dasar AS,”kata Kabbani yang ramah dengan siapa pun yang menegurnya. Masalahnya, lanjut Kabbani, apakah di ‘Dunia Islam’ memiliki semua itu,”kata Kabbani ragu. Karena itu dia menyarankan agar pemerintah di masing-masing Negara Islam memperhatikannya secara serius.

Kabbani yang dipanel dengan Iwan Poncowinoto melihat ketertinggalan ‘Dunia Islam’ dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dia mengatakan,”Bukti ketertinggalan Islam itu terjadi di Indonesia. Meskipun Indonesia kaya raya tetapi tidak membuat masyarakat muslimnya kaya,”ungkap Kabbani.

Ulama yang sehari – hari mudah dikenali dengan jenggot putih yang panjang ini memberikan saran kepada semua peserta dari berbagai Negara. “Saya kira dengan meningkatkan kemampuan dalam menguasai teknologi akan bisa membantu mengurangi kemiskinan. Karena itu teknologi menjadi penting dalam pembangunan negara-negara Islam,”kata Kabbani mensarankan.

Apa yang dikatakan Kabbani tentu bukan pendapat tanpa dasar. Sebab menurutnya dalam kitab suci Al-Quran dan
As-Sunnah telah disebutkan pentingnya penguasaan teknologi itu. Jadi umat Islam Indonesia pun, menurut Kabbani akan bisa kaya jika secara mendalam mengkaji dan mengamalkan Al-Quran dan As-Sunnah.

Penjelasan Kabbani pun menuai banyak pertanyaan peserta konferensi. Di antaranya ada yang menanyakan penyebab keterbelakangan umat Islam di sejumlah negara, padahal mereka tidak sedikit yang mampu mengembangkan teknologi. Mendapat pertanyaan seperti itu, Kabbani pun menjawab,”Memang tidak mudah mengentaskan kemiskinan. Banyak orang Islam yang menetap ke AS. Mereka belajar dan berusaha. Tidak sedikit yang sukses,”jawab Kabbani. Salah satu contoh kesuksesan itu, lanjut Kabbani, di Los Angeles, ada perusahaan komputer terbesar yang dimiliki orang Islam. Itu baru satu orang, padahal masih banyak orang Islam lainnya yang sukses di AS,”papar Kabbani. “Namun kebanyakan mereka enggan kembali ke negaranya masing-masing. Bagaimana mereka mau kembali sementara di negeri mereka tiak menjanjikan apa-apa,”kata Kabbani menegaskan.

Kembali Kabbani mengingatkan,”Membangun perekonomian itu tidak semudah membalik tangan. Semua harus dilakukan pelan-pelan,”katanya. Sebuah contoh disebutkan oleh Kabbani,”Apabila membantu negara Islam atau satu kelompok  dengan uang. Mereka pasti akan datang lagi, karena itu kita tidak pernah memberikan uang. Agar mandiri, kita membantu mereka dengan ketrampilan, dan pendidikan,”kata Kabbani menceritakan pengalamannya. “Gaji dokter di Uzbekistan, hanya US 5 dollar, tetapi itu masih lebih baik dibanding US 100 juta dollar tetapi hasil dari meledakkan gedung-gedung untuk kepentingan terorisme,”tambah Kabbani.

Karena pengalamannya itu, Kabbani melihat pentingnya kemampuan mengelola uang. “Terhadap bunga bank yang dilarang, saya bisa menerimanya. Sebab pengalaman ada orang Islam yang sangat kaya di AS yang bertemu saya. Dia menolak bunga bank. Setelah satu tahun bunga uangnya mencapai Rp 150 juta. Oleh bank di AS, bunga tersebut tidak diakuisisi, tetapi bisa diberikan ke misionaris. Akhirnya jutawan muslim AS ini terpaksa menerima bunga banknya, dan mendistribusikannya untuk pembangunan Islam,”kata Kabbani.

Sementara Dr. Iwan Poncowinoto, mengungkapkan dampak buruk dari sistem birokrasi di Indonesia yang turut menyuburkan praktik korupsi. Menurut Poncowinoto yang mempresentasikan makalah dengan judul Islamic “Economic and Financial Management, The Prospect and Challenges: A Review on Indonesia Case”, akibat dari penyakit sistem birokrasi yang kronis itu. Kini korupsi sulit diatasi, karena menjadi penyakit sosial yang sangat berbahaya,”kata Poncowinoto mengungkapkan.

Doktor ahli sistem ekonomi Islam ini juga menyebutkan tentang banyaknya proyek yang tidak dilaksanakan dengan baik. “Kredit yang diambil dari bank pun menjadi mengge