Warta

JK-Wiranto Kalah di TPS Mbah Muchit

Rabu, 8 Juli 2009 | 09:09 WIB

Jember, NU Online
Perolehan suara pasangan Capres-Cawapres Jusuf Kalla-Wiranto kalah tempat KH Muchit Muzadi memberikan suaranya di TPS 29, Lingkungan Tegalboto, Kelurahan Sumbersari, Jember, Jawa Timur. Di TPS itu, Mega-Prabowo meraih 11 Suara, sedangkan SBY-Boediono mendapat 107 suara, dan JK-Wiranto memperoleh 16 suara.

Demikian juga di TPS 34. TPS yang hanya berjarak 50 meter di belakang rumah Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, SBY-Boediono mendapat 86 suara, unggul atas pasangan Mega-Prabowo yang hanya dapat 30 suara. Sedangkan JK-Wiranto di urutuan ketiga, yaitu 25 suara.<>

Mbah Muchit datang ke TPS 29 sekitar pukul 08.00 WIB, dengan mengendarai becak. Dia menjadi orang pertama yang mencontreng di TPS yang berjarak sekitar 300 meter dari kediamannya. Menurut putrinya, Inayati Sya’roni, Mbah Muchit jadi rebutan panitia untuk mencontreng antara di TPS 34 dan 29.

Namun, akhirnya, Mbah Muchit memilih mencontreng di TPS 29, karena memang ia terdaftar di TPS tersebut, walaupun ada TPS 34 yang sebenarnya lebih dekat dari kediamannya.

Setelah mencontreng, kakak kandung Ketua Umum PBNU itu langsung keliling ke beberapa TPS, mulai dari Kecamatan Pakusari hingga Kaliwates, dengan menggunakan mobil. Namun, ia tidak sampai turun dan melihat langsung TPS yang dilewati, hanya melihat-lihat suasana.

Mbah Muchit merupakan satu di antara 1.500 kiai se-Jatim yang turut menyatakan kebulatan tekat mendukung pasangan capres-cawapres Jusuf Kalla-Wiranto. Kebulatan tekat itu merupakan hasil bahsul masail (pembahasan masalah) 1.500 ulama tersebut yang diselenggarakan pada 21 Juli lalu.

Sejumlah nama lain yang terlibat dalam bahsul masail itu, di antaranya, KH Miftachul Akhyar (Surabaya), KH Sofyan Miftah (Situbondo), KH R Cholil As'ad (Situbondo), KH Fawaid As'ad (Situbondo), KH Mas Ahmad Subadar (Pasuruan), KH Chotib Umar (Jember), KH Hisyam Syafaat (Banyuwangi), dan KH Mutawakkil Alallah (Probolinggo).

Ada pula, KH Abdullah Faqih (Tuban), KH Zainudin Djazuli (Kediri), KH Anwar Mansyur (Kediri), KH Nurul Huda Djazuli (Kediri), KH Sholeh Qosim (Sidoarjo), KH Agus Ali Masyhuri (Sidoarjo), KH Masduqi Mahfudz (Malang), dan KH Hadi Mahfudz (Tulungagung). (ary/rif)