Warta

Kalla: Parpol di Indonesia Tidak Berdasar Ideologi

Jumat, 19 Desember 2008 | 12:13 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla menilai, partai politik (parpol) di Indonesia tidak mendasarkan dirinya pada ideologi tertentu dalam meraih dukungan massa. Semua parpol ingin merangkul semua pihak. Karena itu, koalisi antarparpol tidak mutlak bagi parpol Islam.

Kalla mengatakan hal itu dalam diskusi bertajuk Parpol: Keterbukaan dan Seleksi Nasional di Kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli, Jakarta, Jumat (19/12). "Semua partai ingin merangkul semua pihak, tidak berdasar ideologi. Tidak mutlak yang (sesama) partai Islam," katanya.<>

Ideologi semua parpol di Indonesia sudah nyaris tidak ada jarak lagi antara parpol nasionalis dan agamis. Contohnya, adalah Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang nasionalis mempunyai badan-badan binaan berbasis kelompok keagamaan, yaitu, Al Hidayah dan Baitul Muslimin.

"PAN (Partai Amanat Nasional) yang keagamaan, juga sangat nasionalis dilihat dari calegnya. PKS (Partai Keadilan Sejahtera) sangat memuji Suharto. Jadi, nyaris enggak ada batasnya," imbuh Kalla.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menyatakan ketidaksepakatannya terhadap ide Poros Tengah Jilid II yang digagas Din Syamsuddin, ketua umum Muhammadiyah.

Gagasan itu sulit diwujudkan jika yang menjadi kekuatan pemersatu adalah ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah yang kader-kadernya tersebar di sejumlah partai.

Menurutnya, upaya penyatuan suara umat Islam melalui polarisasi ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah, rawan mengalami perpecahan dan alienasi. Perasaan mendahulukan kelompoknya akan muncul di masing-masing ormas di tengah perjalanan sebagaimana terjadi pada Poros Tengah dalam Pemilu 1999.

“Sekarang kalau memang mau bersatu, carilah figur yang bisa diterima semuanya, dengan tema yang bisa diterima semuanya, langsung umat yang mendukung, tidak perlu polarisasi ormas,” katanya.

Tambahan lagi, saat ini semakin sulit menyatukan pandangan karena kader-kader ormas Islam banyak tersebar di berbagai partai yang masing-masing partai tersebut memiliki agenda yang berlainan.

“Bahwa bisa dibicarakan sesama tokoh Islam, itu oke, tetapi kalau polarisasinya ormas, itu malah sulit. Karena ormas kadung tersebar itu, semua partai ada caleg NU-nya, demikian juga di Muhammadiyah,” tandasnya. (rif/mkf)