Warta

Kecewa Pada Sinetron Indonesia

Rabu, 22 November 2006 | 08:29 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan kecewa pada tayangan sinetron di Indonesia. Menurutnya, tontonan televisi yang banyak disukai kaum remaja tersebut kerap menampilkan tayangan yang tidak mendidik.

“Saya sangat kecewa pada sinetron hari ini. Banyak kisah percintaan, tapi kenapa pakai latar sekolah, kenapa para pemerannya pakai seragam sekolah?” gugat Hasyim saat berbicara pada peluncuran website IPNU Online dan majalah LENSA Remaja di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (22/11).

<>

Hal itu, kata Hasyim, sama sekali tidak ada muatan yang mendidik. “Yang diredusir adalah tingkat prestasi remaja dalam percintaan, bukannya tingkat prestasi dalam bidang pendidikan,” tandasnya.

Unsur lain dalam sinetron Indonesia yang ia nilai tidak mendidik karena lebih banyak menampilkan khayalan dari pada kenyataan atau realitas yang terjadi di masyarakat. Televisi, menurutnya, melalui sinetron telah mencekoki generasi muda negeri ini dengan sesuatu yang jauh dari kenyataan sebenarnya.

“Bagaimana kalau remaja kita terus diberi fantasi-fantasi (khayalan)? Persoalan ekonomi kita rusak, politik kita kacau, sosial-budaya kita nggak jelas, dan lain sebagainya, mereka (remaja-Red) nggak akan peduli dengan hal itu,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur itu.

Lebih lanjut, mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur itu menjelaskan, tidak bisa dipersalahkan jika saat ini masyarakat Indonesia lebih menyukai menonjolkan image daripada kualitas. Hal itu pulalah, katanya, yang terjadi pada para pemimpin negara ini. “Para pemimpin lebih menyukai image building (pembangunan citra) daripada nation building (pembangunan bangsa),” ungkapnya.

Hasyim menyadari, betapa media massa hari ini sarat kebebasan dan lebih mengejar keuntungan ekonomis semata. Namun demikian, imbuhnya, kebebasan tersebut seharusnya memiliki batasan-batasan yang disesuaikan dengan nilai-nilai, norma dan tradisi yang mengakar pada bangsa Indonesia. “Mesti ada batasan-batasan yang bisa melahirkan tanggung jawab,” pungkasnya.

Luncurkan IPNU Online dan LENSA Remaja

Dalam kesempatan itu, Hasyim didaulat untuk meng-klik IPNU Online—situs resmi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU)—yang menandai diluncurkannya secara resmi website tersebut.

Klik! Hasyim menekan tombol enter pada sebuah laptop yang telah terhubung dengan jaringan internet. Seketika, layar infokus berukuran 2x2 meter yang berada di hadapannya muncul tampilan IPNU Online.

Selain itu, Hasyim juga didapuk untuk membubuhkkan tanda tangannya pada sebuah papan yang telah dipasang sampul depan majalah LENSA Remaja. Pembubuhan tanda tangan orang nomer satu di NU itu menandai diluncurkannya majalah karya kader-kader kreatif IPNU.

“Ini (media IPNU Online dan LENSA Remaja-Red) merupakan bukti akan kesadaran yang tumbuh dari remaja. Masih ada media yang mendidik. Mau atau tidak, semua harus dimulai dari satu titik. Titik kecil ini semoga dikembangkan menjadi besar oleh Allah,” tutur Hasyim. (rif)