Warta

Konferensi Internasional II Cendekiawan Muslim (ICIS II) Dibuka

Selasa, 20 Juni 2006 | 05:55 WIB

Jakarta, NU Online
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi membuka Konferensi Internasional ke-2 Cendekiawan Muslim (ICIS II) di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (20/5). Dihadiri lebih dari 200 cendekiawan Muslim dari 53 negara, ICIS II diharapkan dapat memecahkan sebanyak mungkin problem yang dihadapi oleh dunia, terutama menyangkut umat Islam.

Presiden memukul gong pembukaan ICIS II didampingi Sekretaris Jenderal ICIS yang juga Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi, Wakil Rais Am PBNU KH. Tholhah Chasan, Menteri Agama RI Maftuh Basyuni, dan Ketua Panitia Pelaksanan ICIS II Rozi Munir.

<>

ICIS II mengambil tema “Upholding Islam as Rahmatan lil Alamin toward Global Justice and Peace.” Presiden Yudhoyono menyatakan, dalam rangka menunjukkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam para cendekiawan yang hadir diharapkan dapat memberikan kontribusi sebanyak-banyaknya dalam melerai ketidakadilan dan kekerasan.

“ICIS II dapat menggambil peran penting untuk menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di wilayah Asia, Afrika, dan di di negara-negara lain di dunia, baik antara umat Islam dengan sesama umat Islam atau umat Islam dengan umat beragama lain, dan berbagai konflik dunia,” kata Presiden.

Pada kesempatan itu presiden menegaskan pentingnya konsentrasi umat Islam pada persoalan ekonomi. Menurutnya, syariat Islam berupa zakat infak dan shodaqoh dapan menjadi inspirasi dan modal utama dalam membenahi perekonomian umat. “Allah tak akan menciptakan perubahan kalau tidak kita sendiri yang merubahnya,” kata presiden mengutip ayat al-Qur’an.

Sebelumnya, Sekjen ICIS KH. Hasyim Muzadi menyatakan, ICIS II adalah kelanjutan dari ICIS pertama yang diselenggarakan pada Februari 2004.

“ICIS yang pertama lebih kepada pemerataan platform sebagai Islam yang rahmatan lil alamin dalam Deklarasi Jakarta, kemudian beberapa keputusan untuk plan action. ICIS yang yang kedua ini untuk melangkah yang bersikap solutif terhadap program yang ada atau melangkah kepada program-program yang lebih menyentuh kebutuhan umat,” kata Hasyim.

Menurut Hasyim ICIS ingin menyajikan Islam yang moderat, tanpa melihat aliran dan sekte. “Yang kita lihat adalah visinya sehingga kita tidak mengira-ngira apakah ini Syiah atau Wahabi atau mungkin Sunni tetapi kita lihat bahwa bagaimana Islam ditujukan secara moderat,” katanya.

Pembukaan ICIS II diakhiri dengan pembacaan doa. Secara bergantian Syeikh Umar Hasim, mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, Ayatullah At-Tazkiri, Utusan Khusus Negara Islam Iran, dan KH. Said Aqil Siradj, Ketua PBNU mewakili ulama Indonesia memimpin doa bersama. (nam)