Warta

Madrasah Diniyah Akan Disesuaikan dengan Kurikulum Nasional

Kamis, 4 Desember 2008 | 08:12 WIB

Surabaya, NU Online
Kurikulum pendidikan madrasah diniyah akan disesuaikan dengan kurikulum nasional. Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia Nahdlatul Ulama atau Rabitah Ma'ahad Islamiyah (RMI) yang juga membawahi madrasah diniyah dari seluruh tingkatan, menjanjikan penyesuaian itu akan selesai pada pada 2009 mendatang.

Penyesuaian itu dilakukan sebagai upaya menyelaraskan pola pendidikan di madrasah diniyah dengan sistem pendidikan nasional. Sebab, selama ini, lulusan madrasah diniyah masih belum mendapat pengakuan dari pemerintah, terutama oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).<>

“Ketika akan melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, para lulusan madrasah diniyah tidak diakui. Selain karena faktor kurikulum yang dinilai tidak match (sesuai) dengan sekolah-sekolah umum,” kata Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat RMI, Hamid Syarif, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (3/12).

Namun demikian, muatan kurikulum agama di madrasah diniyah tetap diutamakan dan tidak akan mengalami perubahan. 'Kita hanya akan mengadopsi materi-materi pelajaran yang masuk dalam Ujian Nasional, selebihnya, pelajaran seperti nahwu, sharaf, fikih dan lainnya tetap berjalan,'' imbuhnya seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Maulana Lana.

Penyesuaian kurikulum itu akan dilakukan pada madrasah diniyah di semua tingkatan: ula (awal), wusto (menangah), hingga ala (atas). Selain itu, akan dilakukan penataan struktur organisasai madrasah diniyah, terutama yang ada di pesantren-pesantren. Sebab, selama ini struktur tersebut belum tertata rapi.

''Rancanganya sudah kami ajukan ke Direktorat Jenderal Pendidikan di Departemen Agama. Kalau itu sudah beres, maka 2009 mendatang, lulusan madrasah diniyah bebas menentukan sekolah lanjutan,'' kata Hamid yang juga Pembantu Rektor III Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, itu.

Hamid juga mengatakan, dalam waktu dekat akan ada pertemuan guru-guru madrasah diniyah untuk membahas masalah ini. ''Saya sudah keliling pesantren di Jawa Timur dan rata-rata para guru ini cukup antusias. Maka, kalau rencana di Jatim sukses, bisa dijadikan percontohan untuk provinsi lain,'' katanya.

Menurutnya, gagasan untuk memperjuangkan pengakuan terhadap kelulusan madrasah diniyah itu sebagai jawaban atas merebaknya sekolah-sekolah umum yang mengadopsi kurikulum madrasah diniyah selama ini. Dia menyebutkan, beberapa sekolah yang pada awal pembukaanya berstatus sekolah umum, belakangan berkembang menjadi sekolah full day school dengan muatan pendidikan agama di dalamnya.

''Kita berharap, madrasah diniyah bisa menjawab tantangan merebaknya full day school yang dinilai memberatkan para siswa. Sebab, dengan mengikuti pendidikan di lembaga seperti itu, tenaga dan pikiran siswa terkuras habis. Sementara, kalau konsepnya madin, kan, sudah sejak lama ada, dan waktunya juga fleksibel,'' ujarnya. (rif)