Warta

Mahasiswa Anggota PCI NU Pakistan Tak Kena Deportasi

Jumat, 12 Agustus 2005 | 12:03 WIB

Islamabad, NU Online
Para anggota PCI NU Pakistan yang sebagian besar terdiri dari para pelajar terbebas dari kebijakan deportasi yang dilakukan oleh pemerintah pasca bom di London yang diduga dilakukan oleh para aktivis yang pernah belajar di negara tersebut.

Para anggota PCI-NU Pakistan menyatakan bahwa tidak terpengaruh sama sekali dengan kebijakan pemerintah karena mereka belajar di International Islamic University Islamabad yang telah diakui pemerintah Pakistan sebagai institusi pendidikan yang sah.

<>

Kebanyakan mahasiswa yang belajar di Pakistan berasal dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Somalia, Yaman, Tunisia, Aljazair, Nigeria bahkan  banyak juga diantara mereka yang berwarga negara AS, Inggris dan Perancis meski mereka adalah keturunan Pakistan. Menurut data dari kementerian dalam negeri, jumlah pelajar asing sekitar 1405, sedangkan jumlah madrasah ada sekitar 11,882 yang tersebar di  seluruh Pakistan.

Tampaknya pemerintah tidak main-main dalam menerapkan kebijakan ini, beberapa waktu lalu kementerian tersebut telah mengirimkan surat perihal deportase pelajar asing ini ke kedutaan-kedutaan negara-negara terkait di Islamabad.

Namun demikian kasus ini masih menjadi kontroversi di kalangan politisi Pakistan, Kalangan oposisi yang dimotori MMA menolak keras kebijakan ini sebab mereka melihat bahwa tidak ada kaitannya antara madrasah dan jaringan terorisme internasional, bahkan ketua partai pemenang pemilu, CH. Sujjat Hussein meminta pemerintah untuk memberikan toleransi masa kepada para pelajar yang akan menyelesaikan studi di madrasah sampai selesainya masa ujian akhir.

Para pemimpin dan media-media Barat banyak menguhubungkan keterkaitan erat antara madrasah dan kamp-kamp Jihad, sebab satu-satunya  bukti yang mereka kemukaan untuk membenarkan asumsi itu adalah bahwa salah satu atau lebih, terdakwa pelaku pemboman di London diduga telah belajar di salah satu madrasah selama kunjungannya di Pakistan beberapa bulan yang lalu.

Pemerintah Pakistas sebelumnya juga telah memulai menggulirkan program "reformasi madrasah" sejak terjadinya peristiwa 11/9 di WTC dengan membentuk badan “Pakistan Madrassa Education Board” untuk  mengurangi ajaran keras sekaligus membangun imej positif di madrassah yang umumnya masih mengadopsi pendidikan tradisional.

Dana sebesar 113 juta dolar di kucurkan pemerintah dan bantuan sebesar 100 juta dolar dari USAID untuk program limatahunan. Banyak fihak menilai bahwa bahwa upaya ini sengaja dilakukan terutama untuk menyenangkan AS dalam usahanya memerangi terorisme. Reformasi madrasah itu sendiri meliputi kontrol pemerintah atas administrasi, sumber keuangan dan kurikulum madrasah.

Namun kalau kita melihat secara seksama bahwa banyak madrasah di Pakistan yang tidak ada kaitannya dengan kamp kamp jihad seperti opini yang beredar di media-media Barat, Seperti pengakuan pelajar Indonesia yang belajar di madrasah-madrasah yang dikelola Jamaah Tabligh yang sudah barang tentu tidak ada kaitannya dengan doktrin jihad. Umumnya para pelajar di madrasah tersebut belajar kitab-kitab kuning atau menghafal Al-qur"an.

Kontributir Pakistan : M. Faridu Asrih