Warta

Maroko Butuh Peran Ulama Indonesia

Jumat, 16 September 2011 | 03:01 WIB

Rabat, NU Online
Guru Besar Ilmu Sejarah Prof  Dr. Mariam Ait Ahmed Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra Maroko mengungkapkan, ulama Maroko harus belajar pada ulama Indonesia.

”Maroko dengan ulama-ulamanya mungkin telah ikut berperan bagi Islam di Indonesia pada awal penyebarannya. Tapi saat ini Maroko butuh peran Indonesia.”

<>Mariam Ait Ahmed mengungkapkan hal itu pada sebuah forum ilmiah di mana Pengasuh Pesantren Al-Anwar KH Maimoen Zubair menyampaikan  pidato di Fakultas Sastra dan Humaniora, Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra, 30 km dari Rabat, Maroko, Rabu (14/9).

Mariam Ait Ahmed mengatakan, Maroko dan Indonesia harus saling belajar dan bertukar pengalaman dengan segala kemajuan yang telah dicapai orang Islam Indonesia.

“Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia saat ini. Ini penting bagi perkembangan dunia Islam,” tegasnya.

Sementara itu, KH Maimoen Zubair (85) yang berpidato dengan judul “Perkembangan dan Kemajuan Islam di Indonesia” menyampaikan bahwa Maroko puna andil besar dalam proses pengetahuan keislaman di Indonesia. “Sejak Islam awal hingga kini, Indonesia terus menjalin hubungan dengan Maroko,” katanya.

“Masyarakat muslim Indonesia sesungguhnya mencintai Maroko secara zohir dan batin sejak dahulu kala”, ujar Mbah Maimoen, demikian KH Maimoen Zubair.

Mbah Maimoen menjelaskan bahwa masyarakat di Indonesia mengenal Maroko sejak Ibn Batutah (pengelana muslim termasyhur, red.) menginjakkan kaki di Nusantara. Dan hingga saat ini, jelasnya, kitab-kitab ulama Maroko menjadi pelajaran wajib bagi pesantren-pesantren di Indonesia.

“Kitab dasar nahwu al-Ajurrumiyah karya Imam Sonhaji dan kitab amalan harian Dalalil Al Khairat karya Imam Jazuli dipakai oleh mayoritas muslim di Indonesia. Hubungan Indonesia-Maroko sesungguhnya seperti hubungan murid dan guru,” ungkapnya.

Dalam kunjungan Muhibbah pertama kalinya ke Maroko ini, Mbah Maimoen akan bertemu Sekjen majlis ulama Maroko Prof. Dr. Ahmed Yesif, mursyid Thoriqoh Tijaniyah Syekh Syarif Mohamed Al Kabir Al Tijani. Dia juga mengunjungi beberapa kampus penting, di antaranya Kampus Taklim Al Atiq Imam Nafi di kota Tanger serta mengadakan diskusi.

Di akhir forum, Mbah Maimoen menerima cinderamata penghargaan dari Dr. Ahmed El Mahmoudi berupa kitab Tasawuf Al Durroh Al Kharidah Syarh  Al Yaqutah Al Faridah karangan ulama Maroko Muhammad Abdul Wahid As Sousi.

Forum ilmiah itu digelar atas kerjasama KBRI Rabat dengan UIT. Tampak hadir Duta Besar RI untuk kerajaan Maroko Tosari Widjaja dan Ibu, Rektor UIT Prof. Abderrahmane Tenkoul, Dekan Fakultas Sastra & Humaniora Prof. Dr. Abdelhanine Belhaj, Ketua Program Studi Islam Prof. Dr. Salam Abrich, para staf KBRI Rabat, dosen, mahasiswa dari berbagai fakultas di UIT serta Pehimpunan Pelajar Indonesia di Maroko.

Redaktur: Hamzah Sahal