Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Masjid Sab'ah, Mendengarkan Khutbah sambil Minum-minum (1)

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 13:22 WIB

Madinah NU Online
Bila Anda dapat memiliki waktu longgar selama berada di Madinah al-Munawwaroh, tiada salahnya bila Anda berkeliling ke tempat-tempat bersejarah selain Masjid Nabawi. Selain di Masjid Nabawi, Anda akan memiliki pengalaman spiritual lain yang juga menarik.

Salah satu lokasi bersejarah yang dapat Anda kunjungi adalah masjid Sab'ah, "sebuah" masjid yang berlokasi tepat di dinding bukit Sal'a. Sebuah bukit batu sepanjang satu kilometer dengan tinggi 100 meter. Sholat Jum'at di Masjid ini, anda akan memiliki perspektif baru tentang masyarakat Madinah. />
Dengan mengenakan sarung dan baju koko, jelas saja pakaian saya terasa aneh di sana. Masih untung sarung dan baju yang saya kenakan berwarna putih, jadi keanehan ini tidaklah terlalu mencolok. Namun satu hal yang lebih aneh adalah membawa sajadah ke masjid-masjid perkampungan warga Madinah. Anda tidak akan pernah mendapatkan seorang pun menenteng sajadah dan mengebanakan Rida', seperti ketika akan sholat Jum'at di masjid-masjid Indonesia. Di Masjid Nabawi, terkadang kita masih mendapati pemandangan ini, meskipun mungkin bukan dari penduduk asli kota Madinah.

Seperti umumnya masjid-masjid di perbukitan atau pegunungan, hal pertama yang harus dilewati sebelum masuk masjid adalah menaiki tangga. Mungkin sebelum dibangun bagus seperti sekarang, pada tahun 1424 H/2003 M. oleh Raja Fahd, menaiki tangga berarti menaiki tangga batu hitam yang terjal tak beraturan. Namun kini Anda tinggal menaiki tangga beton dalam garis lurus bercat putih.

Sampai di halaman Masjid kita disuguhi pemandangan yang indah, sebuah pelataran berlantai merah dan berdinding putih. Seperti masjid-masjid besar lainnya di Madinah, Masjid Khondaq ini juga memiliki pelataran dalam, sebuah ruangan beratap langit yang telah berada di dalam masjid. Berada di tengah-tengah ruang pelataran ini, seakan mengingatkan kita pada pelataran lantai utama Masjid Istiqlal Jakarta. Hanya saja, tepat di belakang dinding adalah bukit batu berwarna hitam menjulang, mengantarkan desir angin pegunungan dalam hawa basah karena mulai memasuki musim dingin.

Pintu masuk masjid terletak di sebelah kanan, terbuat dari kayu kualitas tinggi dengan ornamen yang halus. di samping pintu masuk, terdapat ruangan yang berdinding rak-rak kayu untuk menaruh sepatu/sandal. Tepat di depan pintu masuk ruangan dalam masjid, kita disuguhi minuman air mineral dalam botol-botol plastik kecil.

Saya tidak tahu apakah minuman ini selalu ada setiap saat atau hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Yang jelas, hampir tak seorang pun masuk ke Masjid untuk menunaikan Sholat Jum'at tanpa mengambil satu atau dua botol minuman dingin dan segar ini. Dilihat dari botolnya, minuman ini hanya terdiri dari satu jenis merek saja, yakni Bin Dawood.  

Sesampai di ruangan dalam Masjid, kita dapat melihat, di samping setiap orang yang sedang sholat, berdzikir atau pun membaca Al-Qur'an, selalu terdapat botol minuman air meneral tadi. Sekali lagi, hampir-hampir tidak satupun orang yang tidak membawa minuman. Beberapa di antaranya bahkan tampak memiliki dua botol.  

Jangan pernah Anda beranggapan seperti di Indonesia, bahwa air ini bukan untuk langsung diminum, mungkin air ini digunakan untuk "tabarrukan" (konsep jawa: berharap berkah) saja dan nanti akan diminum setelah sholat Jum'atan usai. Jangan pernah beranggapan demikian, karena jelas-jelas anggapan ini salah. Masyarakat Madinah di bawah pemerintahan Arab Saudi hampir-hampir tidak mengenal konsep ini.

Dengan santai, jamaah dapat meminum air yang dibawanya, kapan saja, tentu maksudnya ketika sedang tidak dalam amalan sholat. Anda dapat minum di sela-sela sedang berdzikir, membaca Al-Qur'an atau mungkin di sela-sela pembicaraan dengan teman. Bahkan, minum di kala khotib sedang menyampaikan khutbahnya, bukanlah hal tabu di sini. Silahkan saja minum sepuasnya, tanpa ada seseorang yang melirik atau memperhatikan, apalagi menegur Anda.

Silahkan saja jika Anda ingin berandai-andai, seandainya di Indonesia tradisi ini (minum-minum di saat khutbah sedang berlangsung) dapat berlaku. Mungkin berarti juga kita dapat mendengarkan khutbah di Masjid sambil minum secangkir kopi dan menikmati beberapa batang rokok? ups!. Maaf. (bersambung)