Alissa Wahid Minta Penanganan Persoalan Pendidikan Dilakukan Secara Sistemik
Sabtu, 18 Januari 2025 | 20:00 WIB
Ketua PBNU Alissa Wahid saat Pra Kongres Pendisikan NU 2025 di Jakarta, Sabtu (18/1/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bidang Kesejahteraan Keluarga Alissa Wahid menengarai akar kekerasan di dalam pendidikan disebabkan cara pandang yang keliru. Cara pandang ini tidak hanya mengidap insan instansi pendidikan, melainkan secara umum telah menjangkiti masyarakat.
“Ini (kekerasan di sekolah) bagian dari fenomena yang jauh lebih besar karena memang kekerasannya tidak hanya terjadi di sekolah, (akan tetapi) kekerasan terjadi di mana-mana, kekerasan di dalam keluarga, antar kelompok itu terjadi. Budaya kekerasan itu menguat secara umum,” ungkap Alissa saat acara Pra Kongres Pendidikan NU di Hotel Acacia, Jakarta pada Sabtu (18/1/2025).
Alissa menuturkan bahwa tiga dosa besar pendidikan titik tolaknya adalah kekerasan. Sikap ini, menurutnya, bertolak dari cara pandang yang superioritas dan cenderung mewajarkan kekerasan. Akibatnya, amal tersebut membuka ruang terhadap tindakan kekerasan yang lebih besar.
“Maka jika (cara pandang kekerasan) dibiarkan akan menjadi pola. Kalau polanya ada, maka sudah pasti akan menyebabkan persoalan yang jauh lebih besar,” jelas psikolog keluarga itu.
Untuk mengatasi atau menekan angka kekerasan di lingkungan pendidikan, Alissa mengajak hadirin merumuskan langkah yang efektif dari berbagai sisi. Pasalnya, persoalan kekerasan bukan hanya menyandera pribadi murid saja melainkan menyangkut elemen pendidikan seperti pelaku pendidikan, regulasi pemerintah dan lingkungan.
“Semua intervensi itu harus dipikirkan, baik langsung kepada individu seperti pendidikan karakter, mikro sistem lingkungan sekolah, guru dan penyelenggara pendidikan. Jadi tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu perhatian saja tetapi harus bicara secara sistemik,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Alissa juga menekankan pentingnya membumikan nilai-nilai etika ala NU di lingkungan pendidikan Ma’arif. Nilai-nilai etika yang dimaksud merujuk pada Mabadi’ Khairu Ummah yakni ash-shidqu, al-Amanah wal wafa bil ‘ahdi, al-‘adalah, ta’awun, serta istiqomah.
Acara ini juga menghadirkan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Prof Muhammad Ali Ramadhani beserta jajaran, Doni Kusuma, Prof Ahmad Zainul Hamdi, serta puluhan guru maarif lainnya.
Selain itu, acara menghadirkan mitra pendidikan seperti Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) Vincentius Darmin Mbula, Yayasan Save the Children Indonesia Ahmad Mardianto, Plan Internasional Indonesia, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, serta Semeru Institute.
Agenda workshop ini merupakan rangkaian dari Kongres Pendidikan NU dalam rangka peringatan Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama. Kongres Pendidikan sendiri direncanakan akan digelar di Hotel Bidakara, Jakarta pada 22-23 Januari 2025 mendatang.
Terpopuler
1
Nabi Musa Menangis saat Tahu Umat Rasulullah Lebih Mulia Ketimbang Umatnya
2
Khutbah Jumat: Menumbuhkan Keikhlasan dalam Beramal dan Beribadah
3
Khutbah Jumat: Jagalah Lisan supaya Tidak Menyakiti Orang Lain
4
Khutbah Jumat: Jangan Salah Pilih Teman
5
Khutbah Jumat: Manusia sebagai Makhluk Sosial, dan Perintah untuk Saling Mengenal
6
Data Hilal Penentuan Awal Bulan Syaban 1446 H
Terkini
Lihat Semua