Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Mengikuti Upacara Pemakaman di Baqi' Maqbaroh para Sahabat

Sabtu, 16 Oktober 2010 | 16:53 WIB

Madinah, NU Online
Ingin mendengarkan kesunyian di tengah-tengah kerumunan orang Arab? Barangkali itu sesuatu yang mustahil. Untuk ukuran orang Indonesia, orang-orang Arab secara umum adalah orang-orang yang pandai berbicara, bahkan memang mereka suka berbicara dengan suara keras. Apalagi bila sedang berdebat, kata-katanya terlontar sangat cepat seperti peluru yang berhamburan dari senapan serbu.

Namun, bila Anda pernah mengikuti upacara pemakaman di Maqbaroh (makam) Baqi', maka sungguh Anda akan mendapatkan pengalaman yang amat sangat berbeda. Hanya ada kesunyian dan gumam bertahan dari deretan pengantar kerumunan orang-orang yang turut menghormat jenazah.
/>
Bermula dari aba-aba untuk melaksanakan sholat jenazah di Masjid Nabawi yang hampir setiap waktu sholat fardhu dikumandangkan oleh imam. Malam itu seusai sholat Isya, sebuah tandu kecil berbungkus kain hijau keluar dari salah satu pintu Nabawi sebelah timur. Tandu tanpa rangka penutup yang diikuti rombongan iring-iringan pejalan kaki ini menyeruak di antara kerumunan jamaah yang masih asyik duduk-duduk di halaman Masjid. Rombongan bergerak cepat, tanpa suara menuju gerbang makam Baqi' al-Ghorqad.

Mereka yang memangul tandu tampak saling bergantian dengan cepat, seperti sedang berebut. Mungkin mereka adalah keluarga yang ditinggalkan. Memasuki gerbang Makam Baqi' tetap dalam diam, tanpa tahlil tanpa sholawat yang jahr (lantang).  Setelah melewati pintu gerbang, jalan mulai menanjak. Pemandangan berangsur berubah menjadi redup dan semakin lama semakin gelap. Namun iring-iringan tetap berjalan dalam diam, memasuki makam Baqi. selain suara langkah kaki, kini benar-benar hanya ada kesunyian.

Di depan, tiba-tiba rombongan terpecah menjadi dua. Sebagian tetap mengambil jalan lurus lalu menyerong ke kiri, sementara sisanya mengambil jalur belok kanan. Iring-iringan pertama yang mengambil jalur lurus, berjalan lebih cepat dengan tetap membawa dengan tandu di depan mereka. Sementara kelompok kedua yang memiliki berbelok kanan, kini mulai bergerak melambat dan tampak di belakang kelompok pertama.

Iring-iringan yang sekarang menjadi dua ini dipisahkan oleh sebuah ruangan gelap.Sementara merapa-raba media/medan/bahan apakah yang sedang saya pijak, rupanya di kanan kiri jalan yang sedang dijejak oleh iring-iringan, terdapat batu-batu yang tertata rapi. Berjajar di atas gundukan tanah yang remang-remang mulai terlihat mirip kuburan. Seiring mata yang mulai terbiasa dengan kegelapan, mulai tampak bahwa iring-iringan berjalan di atas wahana cor selebar empat meter memanjang membelah tanah pemakaman yang gelap tanpa satu pun lampu di jalan. (min/bersambung)