Warta

MUI Dikuasai Ulama Sayap Politik

Jumat, 5 Agustus 2005 | 08:05 WIB

Jakarta, NU Online
Direktur Eksekutif International Centre for Islam and Pluralism (ICIP) Syafii Anwar berpendapat bahwa saat ini Majelis Ulama Indonesia dikuasai oleh para ulama sayap politik yang memiliki agenda-agenda tertentu.

“Fatwa ini menurut saya memiliki muatan politik dan ini merupakan strategi dari kelompok tertentu “ulama politik” di MUI. Ada sekitar 5 atau 6. ulama yang dalam istilah antropologi Robert Hefner ulama rezimis,” tandasnya.

<>

Namun demikian Syafii menegaskan bahwa mereka tersebut bukanlah dari kalangan NU yang saat ini banyak duduk dalam jajaran pimpinan MUI. “Kebanyakan dari ulama NU tidak begitu aware dengan politik. KH Sahal cukup bagus dalam fikih sosial,” tegasnya.

Kelompok ini menurutnya adalah para pendukung orde baru. Kepentingan politik mereka adalah semacam perasaan anti pluralisme, bayang-bayang imaging enemy, menolak tradisi, menentang agama non Islam dan juga tidak menghargai golongan lain. Basis pemikirannya mereka memang seperti itu.

“Sayap politik ini canggih, melalui ulama agenda mereka masuk. Yang saya khawatirkan kalau pemerintah masuk dan melegitimasi yang nantinya bisa menimbulkan disintegrasi, Indonesia kan negara pluralis,” imbuhnya.

Walaupun Islam mayoritas tetapi sejarah telah berulang pelaksanaan syariat Islam juga gagal terus seperti yang dicita-citakan golongan tersebut. “Fokusnya lebh baik pada hal-hal seperti ekonomi atau politik yang memberikan kesejukan. Ini sepertinya kan apolitik atau fatwa ini sangat tidak melihat konteks, hanya masukan dari kelompok ini,” paparnya.

Dikatakannya bahwa fatwa-fatwa tersebut dikeluarkan secara terburu-buru karena desakan kelompok skriptualis militant ini. Seharusnya dalam memutuskan fatwa tersebut juga diundang kelompok-kelompok yang lainnya.(mkf)