Warta

MUI: Puasa di Tengah Keprihatinan Bisa Tingkatkan Ketaqwaan

Selasa, 4 Oktober 2005 | 06:30 WIB

Jakarta, NU Online
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengingatkan masyarakat khususnya umat Islam, bahwa dalam menghadapi ibadah puasa di tengah keprihatinan dapat meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

"Umat Islam Indonesia saat ini menghadapi ibadah puasa dengan perasaan gundah dan prihatin. Dengan suasana batin seperti itu kita berharap agar perasaan gundah dan prihatin itu lebih dimanfaatkan untuk menambah ketaqwaan kita kepada Allah," kata Sekretaris Umum MUI Ichwan Sam ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.

<>

Menurut dia, cobaan berat yang dialami bangsa Indonesia, seperti peristiwa bom di Jimbaran dan Kuta, Bali pada Sabtu (1/10) dan kenaikan harga BBM diharapkan dapat lebih memperkhusuk ibadah dan menambah kesabaran dalam menghadapi cobaan.

MUI menyatakan prihatin dengan terjadinya kembali tindak kekersaan yang mengakibatkan terbunuhnya orang tak berdosa di Bali. "Ini perlu dikutuk keras karena dilakukan oleh orang yang tidak paham agama. Apapun alasannya, ini sesuatu yang harus disesalkan dan dikutuk, kita sangat prihatin kalau itu dilakukan dengan mengatasnamakan kepentingan agama atau kelompok," katanya.

Ichwan Sam yang juga anggota Komisi VIII DPR dari Partai Golkar itu menambahkan, MUI juga prihatin dengan adanya kenaikan harga BBM yang harus dihadapi masyarakat menjelang Ramadhan, karena implikasinya bisa menyangkut kebutuhan sandang, pangan dan papan.

"MUI tidak ingin menghujat siapapun namun hanya mengimbau agar semua cobaan itu diambil hikmahnya untuk menambah tawakal dan mendekatkan diri kepada Allah, karena mungkin selama ini kita telah jauh dari ajaran dan tuntunan-Nya," katanya.

MUI juga berharap agar semua pihak ikut membantu umat Islam yang akan menjalankan ibadah puasa mulai Rabu (5/10) dengan cara tidak menciptakan rangsangan negatif, seperti menciptakan kebijakan kontroversial, menayangkan hal-hal pornografi dan pornoaksi, atau menampilkan gaya hidup mewah. "Ini semua bisa dibantu oleh pemerintah dan masyarakat serta media massa agar kita bisa memperoleh hikmah puasa," katanya.

Introspeksi

Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia Ahmad Sumargono yang dihubungi secara terpisah meminta umat Islam untuk melakukan introspeksi diri selama menjalankan ibadah puasa.

"Kita mesti melakukan introspeksi, apakah selama ini banyak melakukan dosa, karena azab Allah itu bukan untuk orang yang zalim saja tetapi juga orang yang shaleh bisa terkena dampaknya karena  diam saja ketika melihat kemungkaran," katanya.

Menurut dia, berbagai cobaan yang tengah melanda bangsa saat ini harus disikapi dengan mendekatkan diri kepada Yang Kuasa agar terhindar dari bencana. "Kalau masih banyak malapetaka, mungkin karena masih banyak orang yang menjalankan tauhidnya secara tidak pas antara nilai tauhid dengan perbuatan," katanya.

Mantan anggota DPR tersebut menambahkan, menjalan ibadah puasa mirip dengan menjalankan ibadah haji, mestinya orang-orang yang pulang dari tanah suci usai menjalankan ibadah haji dapat melaksanakan ajaran Islam secara benar.

"Tetapi nyatanya kan masih banyak yang pulang haji tetapi perbuatannya tidak sesuai dengan ajaran Islam seperti melakukan penyelewenngan dan lain-lain," katanya.(ant/mkf)