Warta

Muslimat NU Gelar Latihan Mandikan Jenazah Penyakit Menular

Ahad, 25 Maret 2007 | 05:28 WIB

Surabaya, NU Online
Muslimat NU dan siswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Setikes) Khodidjah Surabaya menggelar kegiatan sosialisasi dan pelatihan memandikan jenazah penyakit menular. Aksi ini juga melibatkan ahli forensik RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Edi Suyanto.

Bertempat di Gedung Akademi Perawat Khodidjah, Jl SMEA, Surabaya, Sabtu (24/03/2007) sejumlah ibu dengan tekun memandikan boneka-boneka yang dianggap sebagai mayat yang semasa hidupnya mengidap penyakit menular.
 <>;
"Sebenarnya cara memandikan jenazah itu sama. Yang menjadi perbedaanya adalah alat yang dikenakan oleh orang yang memandikan. Di antaranya topi, plastik, kacamata, masker dan celemek (jas hujan), kaos tangan dan sepatu boat," kata Edi Suyanto.

Semua alat-alat tersebut, lanjut dr Edi, berguna untuk orang yang memandikan jenazah korban penyakit menular seperti HIV/Aids agar yang memandikan tidak tertular. Alat-alat tersebut mencegah masuknya cairan-cairan yang bisa menular di antaranya seperti air mani, darah dan air liur.

"Alat-alat yang tersebut digunakan tersebut merupakan Universal Precation (UPI) atau kewaspadaan umum sesuai dengan standart yang diberikan dinas kesehatan dan WHO," jelas Edi.

Edi menambahkan, seusai jenazah dimandikan seperti biasa, kemudian jenazah tersebut dikafani dan dibungkus dengan plastik. "Tetapi untuk janazah flu burung selain dikafani dan dibungkus plastik juga harus dimasukan dalam peti dan tidak boleh dibuka oleh siapapun," ujarnya.

Bagi jenazah korban flu burung, untuk memandikannya sampai saat ini masih wajib dilakukan oleh pihak rumah sakit. Hal ini guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Jenazah pasien flu burung tidak boleh dimandikan oleh keluarganya karena hingga saat ini masih belum ditemukan obat untuk mencegah pasien virus AI. Untuk biaya memandikannya, ditanggung oleh pemerintah," tambahnya.(dtc/eko)