Warta

Muslimat NU Latih Pengelola BLK

Jumat, 31 Agustus 2007 | 12:13 WIB

Jakarta, NU Online
Upaya Muslimat NU untuk terus memberdayakan anggotanya tak pernah berhenti. Kali ini, pelatihan diberikan para pengelola Balai Latihan Kerja (BLK) Muslimat NU yang sudah tersebar di 6 daerah pada 29-31 Agustus di BLK Muslimat Pondok Cabe Jakarta.

Pengurus Muslimat NU Nurifah kepada NU Online di Jakarta, Jum’at (31/8), menjelaskan bahwa pemberian pelatihan ini diharapkan dapat peningkatkan kemampuan pengelolaan BLK sehingga mampu melayani pelatihan-pelatihan dengan baik.

<>

Dalam pelatihan yang diikuti oleh 22 orang ini, para peserta juga diajari ilmu, tata boga, tata busana, border, katering, komputer, termasuk tanaman hias.

“Kita melatih bagaimana memanage BLK dan mengisi programnya sehingga diharapkan dari kegiatan itu bisa mengangkat derajat perempuan. Dengan memiliki ketrampilan diupayakan terjadi peningkatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya.

Nurifah merasa prihatin dengan banyaknya perempuan yang tak memiliki ketrampilan sehingga terpaksa menjadi TKW yang pada akhirnya banyak mengalami penyiksaan oleh para majikan. Pemberian pelatihan ini diharapkan bisa mengurangi kejadian-kejadian seperti ini.

Para peserta sempat diajak untuk studi lapangan di Subang untuk melihat penggunaan teknologi tepat guna bagi pengawetan mangga. “Teknologi seperti ini penting untuk mensiasati harga murah saat panen raya,” katanya.

Salah satu BLK yang dimiliki Muslimat NU di Kudus juga sudah berhasil mengembangkan berbagai pelatihan dan produksi. Meskipun awalnya hanya berupa gudang yang menganggur, kini sudah memberi pelatihan busana, border, home industri dan lainnya.

Muslimat NU Batam juga sudah bertindak dengan memberdayakan para TKI yang tak bisa berangkat ke luar negeri, meskipun saat ini BLK yang digunakan masih meminjam milik Depnakertrans.

Selanjutnya, pasca pelatihan ini, akan dibuat pilot project di Kuningan Jawa Barat, di kawasan pantura dengan pilihan Semarang atau Kudus. “Didaerah tersebut, banyak sumberdaya yang melimpah, tetapi kurang maksimal pengelolaannya seperti kerajinan border dan makanan khas,” tandasnya. (mkf)