Warta

NU Bertekat Ciptakan Habitus Teknologi Informasi

Rabu, 8 Agustus 2007 | 23:10 WIB

Jakarta, NU Online
NU Online—situs resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dinilai cukup maksimal menjadi media penyedia layanan informasi ke-Islam-an dan ke-NU-an bagi warga NU dan masyarakat pada umumnya. Kini, NU bertekat membangun habitus Teknologi Informasi (TI) di kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU).

Hal tersebut dikatakan Ketua PBNU Abdul Aziz dalam sambutannya pada pembukaan Lokakarya “Membangun Habitus Teknologi Informasi di Kalangan Nahdliyin” yang diselenggarakan NU Online di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Rabu (8/8) kemarin.<>

Ia menjelaskan, keberadaan NU Online telah memenuhi syarat bagi dibangunnya habitus pengembangan TI di kalangan Nahdliyin sebagaimana diamanatkan dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Surabaya, Jawa Timur, akhir 2006 silam.

“Pengembangan TI ini termasuk mengembangkan perpustakaan yang menjadi pusat dokumentasi dan informasi bagi NU. Lebih jauh lagi kita akan membuat perpustakaan digital, tentu, semua untuk memenuhi kebutuhan informasi warga NU dan masyarakat luas,” terang Aziz.

Selain itu, tambah Aziz, para pakar dan peminat TI di kalangan Nahdliyin yang tak bisa dihitung kecil jumlahnya, pun menjadi modal utama bagi NU untuk masuk lebih dalam pada bidang tersebut. Karena itulah, pengumpulan para pakar dan peminat TI yang merupakan kader NU tersebut diharapkan dapat basis penguat.

Senada dengan Aziz, Pemimpin Redaksi NU Online Abdul Mun’im DZ optimis dengan cita-cita besar NU tersebut. Menurutnya, 4 tahun peran NU Online di bidang TI, tentu tak bisa dihitung kecil. Penghargaan Komputeraktif Award pada 2004 kepada NU Online sebagai situs terbaik untuk kategori sosial-kemasyarakatan pun menjadi bukti bahwa NU layak membangun habitus TI.

“Apalagi saat ini, NU Online merupakan situs ormas (organisasi kemasyarakatan) yang paling banyak dikunjungi. Setiap bulannya bisa mencapai 200 ribu hit. Belum lagi, NU Online juga menjadi rujukan bagi media massa lain, baik nasional maupun lokal, tentang ke-NU-an atau ke-Islam-an,” terang Mun’im. (rif)