Warta KONFLIK AGAMA

Nusron Wahid: Mereka Mau Ambil Otoritas Tuhan

Rabu, 16 Februari 2011 | 09:09 WIB

Jakarta, NU Online
Kelompok masyarakat beragama yang meyakini orang lain salah, sesat, kafir dan harus dibunuh itu sebuah sikap yang akan mengambil posisi Tuhan YME. Masalah sesat, kafir, menyimpang atau tidak yang paling berhak mengetahui adalah Allah Swt. Karena itu mereka yang menganggap orang lain itu salah dan harus disingkirkan itu berarti sudah ingin mengambil otoritas dan kemutlakan Tuhan.

“Sehingga mereka yang berbeda dengan keyakinannya harus dibunuh dan dibubarkan. Bahwa soal sesat tidak sesat itu menjadi hak Allah Swt. Otoritas Tuhan kok mau dimabil,” tandas Ketua Umum PP GP Ansor Nusron Wahid dalam dialog radikalisme agama di Gedung DPD RI Jakarta, Rabu (16/2).
/>
Hadir dalam dialog tersebut antara lain Sekjen Kerukunan Umat Beragama John Palinggi, anggota DPR RI FPKS Nasir Jamil dan anggota DPD RI Dapil Lampung Ahmad Jazuli. Karena itu Nusron mempertanyakan, kasus Temanggung Jateng itu, apa hubungannya vonis hakim terkait penistaan agama dengan pembakaran gereja? “Itu kan karena mereka menganggap dirinya paling benar dan orang lain salah,” katanya kecewa.

Menurut anggota FPG DPR RI ini, terjadinya kekerasan agama selama ini seolah-olah kebenaran itu hanya ada dalam agama Islam saja, sedangkan agama lain salah. Padahal, kebenaran itu sebagaimana yang diyakini selama ini adalah keyakinan dalam pandangan sendiri. “Jangan-jangan kita salah di mata mereka,” ujarnya.

Mengutif filsuf Rusia Iva Kosanov, Nusron menegaskan bahwa kesalahan total bagi seseorang jika hanya meyakini kebenaran sendiri, sementara keyakinan orang lain adalah salah. Ditambah lagi ‘negara’ tidak hadir dalam tindakan anarkis tersebut. Bahkan sudah beberapa kali pemerintahan SBY mau membubarkan ormas yang anarkis, tapi faktanya hal itu malah dibiarkan.

“Pembubaran itu sudah tidak perlu bukti-bukti yuridis, karena ormas itu sudah sering melakukan tindakan anarkis. Jadi, itu sudah tidak butuh ‘dalil’ atau alasan lagi karena sudah pasti yakni qoth’ie.

Tapi, masalah ini di-‘ayun-ayun’ dijadikan mainan dan Negara tidak tegas. Padahal sudah jelas, kita berpedoman dengan Pancasila. Sehingga yang melanggar hukum dan anarkis harus ditindak tegas,” tutur Nusron Wahid lagi.