Warta

Pak Lah: Kita Harus Ambil Bagian Atasi Ketegangan Timur-Barat

Selasa, 20 Juni 2006 | 12:22 WIB

Jakarta, NU Online
Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi mengungkapkan pentingnya keikutsertaan umat Islam di seluruh dunia dalam mengatasi ketegangan yang terjadi antara Timur dan Barat.

"Kita harus menggarisbawahi pentingnya memerangi ideologi yang menyesatkan, mengembangkan kurikulum pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai pemahaman, toleransi, dialog, dan multilatralisme sesuai dengan prinsip Islam," ungkap Badawi sebagai salah seorang keynote speaker dalam acara Konferensi Internasional ke-2 Cendekiawan Islam (ICIS II) di Jakarta, Selasa (20/6).

<>

Badawi yang juga pemimpin Organisasi Konferensi Islam (OKI) juga menandaskan pentingnya upaya-upaya guna memperkuat hubungan antara Timur dan Barat untuk mengurangi konflik, terutama yang terjadi di negara-negara Islam.

Dia mengungkapkan, umat Islam harus bersatu untuk mengatasi konflik sektarian yang dapat memecahbelah persatuan umat.

"Pada saat yang sama, kita harus menolak mereka yang semena-mena membantai masyarakat sipil, mereka yang menindas dan mengeksploitasi hak-hak orang lain, mereka yang korup dan tamak. Umat Islam sejati adalah mereka menjunjung tinggi keadilan, menentang tirani, jujur, dan bijaksana," kata Badawi

Di hadapan tamu agung dari dalam maupun luar negeri Badawi yang akrab disapa Pak Lah itu mencontohkan Islam Hadhari yang ada di negaranya. Dia mengungkapkan, Islam Hadhari sangat tepat bagi seluruh rakyat Malaysia, baik mereka yang muslim maupun nonmuslim.

"Pada tingkat nasional, sasaran Islam Hadhari adalah untuk menciptakan masyarakat yang progresif, yang modern dan demokratis, yang berakar dari nilai-nilai dan petunjuk Islam," kata Badawi.

Fenomena Islamophobia
Pak Lah juga meminta umat Islam memperhatikan fenomena ketakutan dunia pada hal-hal yang berkaitan dengan Islam (islamophobia). Menurutnya, fenomena tersebut harus mendapat perhatian dan penanganan serius oleh umat dan negara-negara Islam.
 
"Apa yang terjadi hari ini, yang menimpa umat Islam, bisa dilihat sebagai hal yang serius dan memerlukan kesungguhan dari segi political will negera-negara Islam juga untuk mengatasinya," kata Pak Lah kepada wartawan usai menyampaikan pidatonya.
 
Pak Lah mengaku gembira atas langkah-langkah dari umat Islam dalam rangka menghilangkan Islamophobia. Dikatakannya, konferensi semacam ICIS adalah salah satu cara untuk itu. "Islamophobia sudah menjadi isu antara bangsa dan bukan isu yang khusus bagi orang Islam untuk menangani," katanya.
 
Namun, lanjut Pak Lah, salah satu faktor yang membuat berbagai langkah untuk menghilangkan Islamophobia tersebut belum banyak membuahkan hasil adalah kurangnya tindakan nyata yang menyertai berbagai forum dialog tersebut. Pak Lah menyatakan, hal yang penting dilakukan umat Islam untuk membangun citra yang baik adalah dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang baik.

"Bila orang Islam menunjukkan budi pekerti yang baik, cakap-cakap mereka juga baik, menjadi warga negara yang baik, prihatin terhadap nasib orang lain walau bukan beragama Islam dan bersedia membantu dengan sukarela, ini akan menaikkan lagi imege mereka," katanya.

Dalam konferensi itu hadir juga pembicara lain, di antaranya, Mark Woodward dari AS, Anis Ahmed dari Pakistan, Aslam Timol dari Perancis, dan dari Indonesia H.S. Dillon and Sri Edi Swasono akan berbicara tentang Islam, ketidakadilan dan kemiskinan.

Konferensi ini bertujuan untuk menebarkan gerakan Islam yang moderat, yang menjunjung tinggi toleransi dan saling pengertian satu sama lain. (dar/rif)