Warta Munas dan Konbes NU

Para Menteri Tak Hargai NU

Sabtu, 29 Juli 2006 | 08:14 WIB

Surabaya, NU Online
Ketidakhadiran para menteri pada beberapa acara dalam rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, dinilai tidak menghargai NU. Padahal para menteri tersebut diundang secara terhormat untuk berbicara di hadapan para kiai dan ulama peserta Munas dan Konbes NU.

“Menteri-menteri itu nggak menghargai NU. Mereka sudah dikasih kesempatan bicara di depan kiai-kiai, tapi nggak ada satupun yang datang,” kata Enceng Shobirin, senior Lajnah Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) kepada NU Online di sela-sela acara Munas dan Konbes NU, Sabtu (29/7)

<>

Sebagaimana diketahui, panitia Munas dan Konbes NU telah mengundang sekaligus menjadwalkan sejumlah menteri untuk berbicara dan menyampaikan berbagai program pemerintah di hadapan para kiai. Namun, dari empat menteri serta Panglima TNI tak ada satupun yang bersedia hadir.

Hari pertama (Jum’at, 28 Juli) kemarin, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dijadwalkan pertama kali untuk berbicara di hadapan para kiai, namun berhalangan hadir dan diwakilkan Kepala Staf Garnisun Kodam V Brawijaya. Berikutnya, Menteri Agama Maftuh Basuni juga tidak bisa hadir dan diwakilkan Yahya Umar Said (Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama). Kemudian, Adam MBA (Staf Khusus Pendidikan Agama Diknas) menggantikan Menteri Pendidikan Nasional Prof Dr H Bambang Soedibyo yang juga berhalangan dating.

Demikian juga di hari kedua (Sabtu, 29 Juli) pada penyelenggaraan forum tertinggi di NU setelah muktamar itu. Menteri Pertanian Ir H Anton Apriantono yang mendapat kesempatan pertama hanya mendelegasikan stafnya. Begitu pula dengan Menteri Kesehatan Dr Hj Siti Fadilah Supari yang cukup menugaskan Syafi’i Ahmad (Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan) menggantikan dirinya.

Enceng, demikian panggilan akrab Peneliti pada Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial/LP3ES) ini, mengaku tak mengerti apa alasan sebenarnya hingga para menteri tersebut tak satupun yang hadir. Padahal, Munas dan Konbes NU tersebut bukan acara kecil.

“Ini (Munas dan Konbes, red) acaranya kiai-kiai dan ulama NU se-Indonesia lho. Kok nggak ada satupun yang datang. Padahal mereka (para menteri, red) itu sangat diharapkan kehadiran serta pemikirannya oleh para kiai,” terang Enceng yang merupakan peninjau pada acara kali ini.

Kekecewaan Enceng bertambah ketika wakil dari para menteri yang absen hadir tersebut hanya menyampaikan hal-hal yang sifatnya sangat normatif. “Yang dipaparkan tidak ada yang menyentuh pada akar permasalahan masyarakat saat ini, semuanya normatif,” ujarnya.

Ia yakin, hal yang sama juga dialami para kiai. “Saya yakin kiai-kiai juga kecewa,” katanya. Pasalnya, kehadiran para kiai, imbuhnya, tidak hanya sekedar meramaikan hajatan besar PBNU tersebut, melainkan ingin mendapatkan masukan, informasi dan pengetahuan tentang apa yang sedang menjadi program pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

Hal yang sama juga diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Saiful Bahri Anshori. Ia menyayangkan ketidakhadiran Panglima TNI Djoko Suyanto, yang kemarin dijadwalkan berbicara tentang Meneguhkan Kembali NKRI.

“Terus terang kami kecewa dengan ketidakhadiran Panglima TNI. Bukan kami mengecilkan Kasgar (Kepala Staf Garnisun, red), tapi persoalan NKRI dan Pancasila ini kan isu nasional,” ungkap Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ini.

Sementara itu, dari pantauan NU Online di arena Munas dan Konbes NU, tampak para peserta enggan memasuki ruangan forum. Sebagian besar peserta lebih memilih keluar forum dan berjalan-jalan serta mengunjungi stan pameran dokumentasi sejarah NU yang digelar di sekitar arena. (rif)