Warta KRISIS LIBYA

PBB Kirim Bantuan untuk Warga Libya yang Terkepung

Rabu, 23 Maret 2011 | 02:07 WIB

New York, NU Online
Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sedang bersiap untuk mengirimkan bantuan segera ke Libya bagian timur, menyusul laporan di lapangan yang menyebutkan tank dan senjata berat yang dikerahkan militer pimpinan Muamar Gaddafi sedang mengepung sejumlah kota.

Pusat media di Markas Besar PBB, New York, Selasa, mengutip keterangan juru bicara Badan PBB urusan Pengungsi atau UN High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Jenewa, Adrian Edwards, yang mengungkapkan bahwa mereka akan memberangkatkan bermacam bantuan pada Rabu (23/3) ke Benghazi, kota di Libya sebelah timur yang menjadi basis utama para pemberontak.<>

Di kota itu, para warga setempat bersama keluarga mereka mengungsi ke sekolah-sekolah dan universitas.
Bantuan yang sedang dikirimkan UNHCR antara lain berupa 5.000 selimut dan 5.000 lembar tikar.

Edwards juga mengutip laporan yang mengungkapkan para warga yng berada di wilayah timur mengalami kekurangan persediaan alat-alat medis serta berbagai kebutuhan dasar karena harga-harga yang meroket.
Menurut keterangan PBB, bantuan UNHCR itu akan dibawa dalam iring-iringan kendaraan yang diorganisasikan oleh Badan PBB untuk Pangan Dunia, World Food Program (WFP).

WFP sendiri dalam dua hari mendatang akan memberangkatkan 19 ton kacang-kacangan dan 11 ton minyak sayur dari Mesir menuju Libya timur. Sebelumnya, WFP telah mulai mengirimkan lebih dari 1.500 ton makanan ke Libya timur dan menempatkan setidaknya 6.000 ton persediaan darurat.

Badan Pangan Dunia itu telah menerbangkan ke Mesir enam gudang buatan, enam kantor berjalan serta berbagai persediaan lainnya, yang akan ditempatkan di perbatasan Libya sebagai bagian dari rencana darurat dalam membentuk jalur logistik di Libya.
Utusan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk Libya, Abdel Elah Al Khatib, pada Senin (21/3) dilaporkan telah bertemu untuk pertama kalinya dengan para pemimpin pemberontak di Tobruk, kota Libya sebelah timur.

Menurut Al Khatib, para pemberontak antara lain mengungkapkan penderitaan yang dialami para warga Libya di beberapa kota serta permintaan agar pasukan Pemerintah Libya segera menghentikan pengepungan agar gencatan senjata bisa segera dilakukan.

Sekitar 325.000 orang dilaporkan telah meninggalkan Libya untuk menghindari kekerasan, sebagian besar di antaranya adalah para migran yang melintas ke Tunisia dan Mesir sejak terjadinya gelombang unjuk bulan lalu yang mendesak Kolonel Muamar Gaddafi turun dari jabatannya sebagai pemimpin Libya.

Sementara itu, Sekretariat PBB pada Selasa menerima pemberitahuan dari Belgia, Norwegia, Spanyol, Ukraina dan Uni Emirat Arab bahwa mereka akan ambil bagian dalam aksi menentang Libya seperti yang diamanatkan Resolusi 1973 (tahun 2011).
Sebelumnya sejumlah negara telah melakukan hal serupa, yaitu Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Italia, Kanada, Denmark dan Qatar.

Dewan Keamanan PBB pekan lalu mengeluarkan Resolusi 1973 yang mengizinkan penggunaan langkah apa pun yang diperlukan, termasuk penetapan zona larangan terbang di Libya, dalam upaya menyelamatkan warga sipil Libya dari kekerasan dan serangan pasukan pemerintah pimpinan Muamar Gaddafi.

Resolusi itu disahkan melalui pemungutan suara oleh 15 anggota Dewan Keamanan, yang menghasilkan keputusan 10 negara mendukung resolusi dan lima lainnya (China, Rusia, Brazil, Jerman dan India) menyatakan abstain. (ant/mad)