Warta

PBNU Akan Bantu Penyelesaian Masalah Muslim Thailand Selatan

Selasa, 3 Mei 2005 | 11:52 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengungkapkan bahwa pihaknya akan memberi masukan secara komprehensif untuk menyelesaikan masalah yang menimpa muslim di Thailand Selatan.

Hal tersebut diungkapkannya setelah menemui Menteri Luar Negeri Thailand Kantathi Suphamongkhon yang berkunjung ke PBNU untuk mencari masukan dan solusi mengatasi masalah di tiga propinsi yang didominasi muslim di Thailand Selatan di Pattani dan sekitarnya.

<>

“Kami sangat terbuka untuk interaksi, kami mencari usaha penyelesaian masalah tersebut,” tandas Kantathi yang berkunjung ke PBNU ditemani dengan Dubes Thailand untuk Indonesia Atchara.Seriputra serta tiga anggota parlemen yang diantaranya merupakan Muslim.

Kanthathi juga menjelaskan terdapat masalah adanya perasaan inferioritas dimana banyak Muslim yang merasa sebagai warga Negara kelas dua. Kondisi seperti itu adalah akibat adanya rekayasa dan ia yakin bisa diluruskan. Thailand menghargai pluralisme yang mana didalamnya banyak etnis yang hidup. Dialog dengan PBNU ini dinilainya penting karena NU merupakan bagian dari Islam moderat.

Hadir dalam acara tersebut berbagai tokoh Islam dari berbagai kalangan seperti Ahmad Sumargono, Habib Riziq dari FPI, Muhammad Siddiq dari DDII, Kardinal Darmaatmadja dan beberapa tokoh lainnya.

Solusi Tak Bisa dengan Kekerasan

Kepada NU Online beberapa waktu lalu KH Hasyim Muzadi selalu mengemukakan bahwa penyelesaian masalah Thailand Selatan tak bisa dengan cara kekerasan karena rakyat Thailand Selatan jika dihadapi dengan cara kekerasan, akan dibalas dengan kekerasan.

Dalam hal ini pemerintah harus meneliti sumber teror tersebut dan yang ditangkap harus diproses melalui hukum pengadilan, “Jangan sampai orang kampung terus ditembaki. Itu sama dengan menyuruh mereka berpihak pada pemberontak,” tandasnya.

Dalam situasi seperti ini banyak kepentingan luar yang akan nimbrung, seperti kejahatan, narkotika, kepentingan teritorial, oknum kepentingan global dan lainnya. Dalam hal ini Hasyim menyarankan agar pemerintah Thailand jeli memisahkan berbagai masalah yang ada dalam konflik tersebut. “Hendaknya dipisahkan antara masalah agama dan masalah ikutan. memang ada orang yang berfikir radikal dan itu ada di semua agama,” imbuhnya.

Hasyim berpendapat permasalahan ada pada sekelompok kecil Islam radikal, mereka menganggap diluar dirinya kafir dan boleh diapakan saja. Dan ketika sudah menjadi gerakan tentu saja pemerintah akan menumpasnya, termasuk jika hal tersebut ada di Saudi Arabia yang merupakan negara Islam.

Dilain pihak, orang muslim diharapkan meninggalkan dua hal, yaitu kekerasan dan keinginan untuk merdeka. “Kalau ini masih melekat, dia akan sengsara sampai kapanpun, karena tidak akan pernah ada negara mengizinkan bagiannya lepas. Tinggal sekarang umat Islam mengerti tidak bahwa dia warga Negara Thailand, bukan warga negera dari dirinya sendiri,” tegasnya.(mkf)