Warta

PBNU: Kiai Abdullah Abbas adalah Penyangga NU

Jumat, 10 Agustus 2007 | 04:26 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merasa sangat kehilangan atas meninggalnya salah seorang mustasyarnya, KH Abdullah Abbas. Sesepuh Pesantren Buntet Cirebon itu pada tahun-tahun belakangan ini menjadi rujukan para pengurus NU untuk menjalankan roda keorganisasian Nahdlatul Ulama.

”Beliau adalah salah seorang penyangga NU belakangan ini, baik secara kultural, moral, maupun kerohanian,” kata Ketua PBNU KH Masdar Farid Mas’udi kepada NU Online di Jakarta, Jum<>'at (10/8).

Hal terpenting diteladani dari Kiai Abdullah Abbas, Kata Kiai Masdar, adalah keistiqomahan dan konsistensinya yang luar biasa dalam mengabdikan diri dan mengawal kepentingan umat. Beliau adalah salah seorang kiai yang gigih mengembalikan NU kepada Khittah 1926, lepas dari partai politik dan menjadi organiasi sosial-keagamaan.

”Pesan beliau adalah bagaimana para generasi memberikan perhatian yang besar kepada jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Insyaallah pada saat-saat yangtak terduga-duga akan lahir sosok seperti beliau,” katanya.

Sementara itu dilaporkan sejumlah karangan bunga ucapan turut berduka cita memadati komplek Pondok Buntet, Buntet Pesantren, Cirebon, antara lain dari Gubernur Jawa Barat, Korem 063 Sunan Gunung Jati, Bupati Cirebon, Walikota Cirebon, PBNU, PP Muhamadyah, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Sejumlah pejabat pemerintahan dan ormas telah datang bertakziyah antara lain Kepala Bakorwil Cirebon Ir Tb Hisni, Dirjen Bimas Islam Nazarudin Umar, Ketua PBNU KH Ahmad Bagja. Para santri dan masyarakat sekitar secara bergantian menyolatkan jenazah kiai kharismatik itu. Rencananya jenazah akan disemayamkan pada pukul 14.00 usai shalat Jum'at, di komplek pemakaman Pondok Pesantren Buntet.


Sementara itu, budayawan Agus Sunyoto mengatakan bahwa Allah mencabut ilmunya dengan mewafatkan ulama. Ulama seperti KH Abdullah Abbas, menurutnya, merupakan "paku jagad meski dalam pandangan kasat mata saat ini sulit untuk dicari penggantinya."

"Kita berharap, Allah masih memberi pengganti meski tidak sebanding beliau. Umat ini akan benar-benar celaka jika para alim seperti KH Abdullah Abbas pergi tanpa pengganti," terang cendekiawan NU tersebut. (nam/rom)