Warta

PCINU Australia: Aksi Israel Benarkan Pandangan Radikalis Islam

Selasa, 6 Januari 2009 | 12:43 WIB

Brisbane, NU Online
Serangan besar-besaran militer Israel ke Jalur Gaza telah merusak segala upaya kelompok Islam moderat dalam meyakinkan kelompok radikalis bahwa tidak ada kebencian Yahudi dan Barat terhadap Islam dan umat Islam, kata seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Australia.

"Serangan Israel ini telah membuat segala upaya meyakinkan kelompok fundamentaslis bahwa tidak ada kebencian terhadap Islam oleh kelompok Yahudi dan Barat menjadi sia-sia," kata Rais Syuriyah Pengurus Cabang NU Australia dan Selandia Baru, Nadirsyah Hosen, seperti ditulis Antara, Selasa (6/1)<>

Dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Wollongong, Australia, itu mengatakan, kelompok radikalis dengan mudah menunjuk operasi militer Israel yang telah memasuki hari ke-11 dan telah menewaskan lebih dari 500 warga Palestina itu sebagai bukti adanya "kebencian".

"Kelompok fundamentalis dengan sangat mudah menunjuk kasus ini sehingga mereka punya legitimasi untuk melakukan aksi mereka. Dalam hal ini, kelihatannya Amerika Serikat gagal belajar dari kasus di Irak," katanya.

Menurut Nadirsyah, sebelum AS menginvasi Irak pada 2003, tidak ada hubungan antara Saddam Hussein (presiden Irak yang digulingkan AS) dengan Al Qaeda (kelompok pimpinan Osama bin Laden di Afghanistan). Tapi invasi tersebut telah membantu terbangunnya jaringan Irak dan Al Qaeda.

Aksi militer Israel ke Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 500 orang, termasuk anak-anak, dan melukai ribuan warga lainnya ini juga menimbulkan kekhawatiran kolektif kelompok moderat Muslim di mana pun karena tidak sedikit orang-orang Islam yang moderat "sangat emosional" dan "geram" dengan tindakan Israel ini.

Ia mengatakan, jika di antara orang-orang Islam yang moderat saja banyak yang geram, apalagi kalangan radikalis.

Dalam konflik Israel-Hamas ini, kelompok moderat dalam Islam "terjepit" di antara "rasa tidak suka dengan aksi Israel" dan "tidak setuju" dengan cara-cara Hamas. Akibat kondisi dilematis ini, kalangan muslim moderat umumnya menuangkan bentuk-bentuk keprihatinan mereka pada masalah kemanusiaan.

Kondisi dilematis itu juga terjadi di kalangan PCI NU Australia-Selandia Baru karena tokoh moderat sekaliber KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saja ikut marah dengan aksi militer Israel di Jalur Gaza itu, katanya.

"NU di Australia menyerukan penghentian kekerasan dan penghentian saling klaim benar atau salah (dalam masalah ini). Mari kita kembali kepada sisi kemanusiaan. Jadi, kita bicara lebih pada sisi korban baik di pihak Palestina maupun Israel dan kita terus menyerukan dialog," katanya.

Dalam konteks dialog untuk mencari solusi, PCINU Australia-Selandia Baru meminta pemerintah RI agar lebih pro-aktif dalam menjembatani terbangunnya dialog di antara pihak-pihak yang bertikai.

Nadirsyah menambahkan, sejauh ini solusi dua negara adalah pilihan terbaik, namun kawasan Yerussalem hendaknya dijadikan teritori bersama di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa sehingga umat dari ketiga agama yang mengklaim memiliki sejarah suci terhadap wilayah itu bisa hidup secara damai. (rif)