Warta

Pelaku Teror Cari Dana dari Luar Negeri

Selasa, 11 Oktober 2011 | 05:35 WIB

Solo, NU Online
Ledakan bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo diyakini dilakukan oleh gerakan yang berkembang di negara-negara Muslim. Mereka ingin eksis dan bereaksi untuk mencari dukungan dana dari luar negeri.
 
Demikian diungkapkan Habib Yahya Assegaf, dalam sarasehan bertajuk “Mewaspadai Radikalisasi di Indonesia” yang diselenggarakan Lembaga Perdamaian Lintas Agama dan Golongan (LPLAG), Solo, Senin (10/10).

<>
“Kalau mau tahu pelakunya, saya yakini itu dari aliran idiologi takfir. Yakni kelompok yang menganggap semua orang termasuk sesama Islam-pun adalah thogut, musuh dan halal darahnya, kecuali yang mendukung dan berada dalam golongannya,” jelas pimpinan Lembaga Kebudayaan Sanggabuana Solo itu.
 
Aliran ini, kata Habib Yahya Assegaf, ada dan berkembang di semua Negara Islam. Mereka menumpang di aksi-aksi revolusi melawan rezim di Mesir, Libya, Siria, Yaman, Tunisia, dan sebagainya. Tujuannya mereka mengklaim turut berjuang dan memiliki posisi tawar.
 
“Untuk menanamkan idiologi para pelaku aksi mendapat dukungan dana dari luar negeri. Gerakan mereka hampir sama dengan aksi teror sebelumnya, namun kali ini lebih keras lagi, ditandai dengan ancaman atau pengeboman di Masjid dan Gereja,” katanya.
 
Dikatakan, kelompok radikal ini, banyak mendirikan masjid-masjid dengan bangunannya ala timur tengah, kemudian jamaahnya dilarang untuk yasinan, tahlilan dan tradisi lokal lainnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU), Miftah Faqih, MA menilai bahwa teror atas nama agama yang seringkali dilakukan oleh kelompok radikal adalah cermin kuat idiologi fundamentalisme Islam dengan pendekatan literalis dan formalis dan anti pluralis.
 
“Meraka (kelompok radikal-red), melakukan teror itu berangkat dari tafsir kebencian,” tegasnya.
 
”Pendidikan yang lemah, ibarat daun kering yang mudah rapuh, mudah terbakar dan mudah hancur,” papar Miftah.
 

Redaktur        : Hamzah Sahal
Kontributor    : Cecep Choirul Sholeh