Jakarta, NU Online
Sebagai lembaga di NU yang membidangi pendidikan, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif menghadapi tantangan berat agar pendidikan NU tidak ketinggalan zaman. Pasalnya, selama ini, meski NU telah menapaki usianya yang ke-80 tahun, dinilai masih belum mampu mengejar ketertinggalan dengan organisasi kemasyarakatan (ormas) lain di Indonesia.
“Memang pendidikan di dalam NU masih tertinggal. Jumlah madrasah dan sekolah yang berada dalam naungan NU memang sangat banyak. Semua lembaga pendidikan itu ingin mendapat perhatian dari Ma’arif,” kata Wakil Sekretaris Pimpinan Pusat LP Ma’arif, Dawam Sartoni kepada NU Online di kantor PBNU, Jl. Kramat Raya Jakarta, (28/1).
<>Menurutnya, jumlah lembaga pendidikan yang berada di bawah naunga LP Ma’arif kini mencapai 12 ribu dari 12 propinsi yang telah didata. Jumlah tersebut tentu akan bertambah jika proses pendataan telah usai. Kini, LP Ma’arif terus melakukan pendataan sehingga mencapai angka yang sempurna, yaitu 33 propinsi.
Terdapat tiga kriteria dari sekolah yang bergabung dengan LP Ma’arif. Pertama adalah sekolah yang memang didirikan oleh LP Ma’arif, kedua adalah sekolah yang didirikan oleh yayasan tetapi bernaung di bawah LP Ma’arif, dan ketiga adalah sekolah yang didirikan oleh para tokoh NU yang secara kultural memiliki kesamaan nilai.
“Kami mengalami kesulitan besar untuk memperoleh data yang sempurna. Sekolah yang bisa kami data dengan sempurna yaitu di pulau Jawa, sebagian Sumatra dan Kalimantan. Indonesia Timur yang sangat sulit,” terang Dawam Sartoni.
Parahnya, dari 13 ribu yang berhasil didata, belum ada angka yang pasti soal lembaga pendidikan yang bisa dikatakan mempunyai kualitas baik. Problem yang dihadapi mayoritas lembaga pendidikan NU adalah keterbatasan dana dan sistem manajeman yang rapi, sehingga tidak mampu bersaing dengan perkembangan zaman.
“Orang NU itu mendirikan sekolah untuk amal. Jadi itu motivasinya. Jadi, masalah pengelolaan tidak diperhatikan. Karena itu, gurunya asal ambil dan fasilitasnya juga serba kekurangan,” ujar Dawam Sartoni.
Sekolah yang ideal, kata Dawam, harus mempuyai sarana pendidikan yang lengkap, manejeman yang rapi dan tenaga pendidikan yang berkualitas. Sayangnya, mayoritas lembaga pendidikan NU, belum bisa memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai pendidikan maju. ”Idealnya memang seperti itu,” tandasnya.
LP Ma’arif mengakui bahwa pendidikan warga NU kalah dengan ormas-ormas lainya. Karena itu, kini, jajaran pengurus LP Maarif sedang giat-giatnya melakukan gerakan untuk meingkatkan mutu pendidikan sekolah-sekolah Ma’arif. Di antara langkah yang akan dilakukan oleh LP Ma’arif yakni akan melakukan pendataan ulang jumlah lembaga pendidikan NU di 33 propinsi di Indonesia.
“Pendataan akan kami lakukan lagi. Yang jelas kami tidak mungkin membuat sekolah NU yang begitu banyak itu berkualitas semua. Ada gagasan, kami akan memilih sekolah-sekolah yang punya potensi untuk dikembangkan sehingga benar-benar kelihatan. Itu bukan berarti, kami tidak akan mengurus yang tidak potensi,” jelasnya.
Ketua LP Maarif Nadjid Muhtar pernah meminta agar pendidikan di lingkungan NU dipikirkan secara serius. Karena selama ini, NU terlihat kurang dalam mengurus sekolah. Dalam setiap taushiyah tokoh NU, masalah pendidikan selalu dikemukakan, tetapi selama ini tidak pernah dipraktekkan secara serius,” ungkapnya.
Dikatakannya, 70 persen dari sekolah-sekolah di bawah naungan LP Ma’arif kondisinya memprihatinkan. Karena itu, dia berharap agar permasalahan pendidikan ini dibicarakan lebih serius dan dijadikan salah satu program utama NU, bukan hanya diserahkan kepada LP Maarif karena masalah pendidikan saat ini sangat kompleks.
Terdapat kesulitan untuk mengkoordinasikan sekolah-sekolah tersebut masuk dalam LP Ma’arif karena ada di antara mereka yang mempertanyakan apa manfaat yang diberikan jika masuk menjadi anggota Ma’arif. Bahkan ada yang menghindari penggunaan nama Ma’arif karena dianggap kurang keren.
Terdapat beberapa usulan dalam mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah penunjukan sekolah unggulan Ma’arif di masing-masing daerah sehingga dapat memicu yang lain untuk meningkatkan kualitasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua LP Ma’arif, Aceng Abdul Aziz mengatakan, LP Ma’arif kini mempunyai tekad dan semangat yang besar untuk segera membangkitkan pendidikan NU, seperti misi awal didirikanya NU, yaitu bergerak di bidang dakwah dan pendidikan. ”PBNU pada kepemimpinan Pak Hasyim (Muzadi, Red) ini mempunyai tekad untuk membangkitkan pendidikan. Karena itu, kami sudah menyusun langkah-langkah strategis,” kata Aceng Abdul Aziz.
Untuk meningkatkan pendidikan di NU, langkah apa saja yang telah
Terpopuler
1
Gus Yahya Ceritakan Awal Mula Kiai Ali Maksum Merintis Pengajian Kitab di Pesantren Krapyak
2
Cara Wudhu di Toilet agar Tidak Makruh
3
Hasil Mudzakarah Haji: Hasil Investasi Boleh Biayai Jamaah Lain, Dam Bisa Disembelih di Tanah Air
4
Ketika Abu Yazid Al-Busthami Merasa Jadi Ulama Besar
5
Hukum Gugat Cerai Suami karena Nafkah Batin
6
Cara Pesantren Al-Raudloh Kajen Ciptakan Pesantren Ramah Anak: Bangun Kedekatan dan Empati
Terkini
Lihat Semua