Warta HALAQAH KEBUDAYAAN PESANTREN

Pendidikan Terpuruk Sejak Diterapkan Politik Etis

Senin, 25 Agustus 2008 | 00:48 WIB

Jombang, NU Online
Pendidikan di Indonesia terpuruk semenjak pemerintah kolonial Hindia Belanda menerapkan Politik Etis pada 1900-an. Waktu itu penduduk pribumi mulai dikenalkan sistem pendidikan sekolah yang berijazah dan berorientasi kerja.

Sejarawan Agus Sunyoto saat berbicara di hadapan para peserta Halaqah Kebudayaan Pesantren, Sabtu (23/8) lalu menyatakan, paradigma pendidikan dalam Politik Etis dibangun dari filsafat positivisme Aguste Comte yang tidak percaya pada sesuatu di luar fakta.<>

Ketika penduduk pribumi memilih sistem model sekolah, yang terjadi adalah pemurtadan dari nilai ketuhanan dan agama. Dari sekolah, lahir gagasan nihilisme, komunisme dan liberalisme.

“Sistem sekolah ini kemudian melahirkan antara lain generasi yang bangga nggak mau shalat. Ini kan pemurtadan,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Global di Malang itu.

"Jadi sebenarnya komunisme atau atheisme itu dimunculkan oleh anak dari sistem sekolah,” katanya berapi- api.

Pesantren dulu bangga dengan sistemnya sendiri. Namun pada Orde Baru tahun 1970-an, orang-orang pesantren atau warga Nahdlatul Ulama (NU) dikirim ke sekolah-sekolah dengan asumsi bahwa sekolah adalah icon kemodernan. Dan jika tidak sekolah akan miskin dan bodoh.

“Ini adalah tahayul kubro (besar ) yang berbahaya,” katanya yang disambut riuh peserta. (yus)