Warta

Pesantren Al-Hasan Hancur, 400 Santri Selamat

Selasa, 3 Januari 2006 | 03:58 WIB

Jember, NU Online
Pondok pesantren Al-Hasan di Dusun Bunut, Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Jember, Jatim, yang didirikan tahun 1942, hancur dan rata dengan tanah akibat terjangan banjir bandang pada Minggu (1/1) malam, namun sekitar 400 santrinya terselamatkan.

KH Taufik Hasbah, pengasuh II Ponpes tersebut, Selasa menjelaskan, dirinya bersyukur karena 225 santri putri dan 175 santri putra serta keluarganya dan warga sekitar Ponpes selamat. "Tetapi yang namanya kitab, buku, ijasah dan barang milik santri serta keluarga habis semua. Kami hanya menyelamatkan jiwa dan pakaian yang melekat di badan," ucapnya dengan suara serak.

<>

Selain bangunan Ponpes, kerusakan juga terjadi pada gedung sekolah mulai TK, MI, MTS, SMU plus dan SMK negeri yang berada di komplek Ponpes seluas 2,5 hektar itu. Ia menuturkan, bangunan yang selamat hanya masjid serta enam makam yang salah satunya merupakan makam KH Hasan Baisuni, pendiri Ponpes tersebut.

Pria berjenggot dan berkumis yang tampak tegar itu, memastikan bahwa 400 santrinya kini sudah berada dalam dekapan keluarganya masing-masing.

Sementara dirinya dan pengasuh lainnya seperti KH Muzamil dan keluarganya, kini berada di pengungsian di Ponpes Al-Irsad Balung, Jember, sekitar 182 km arah Tenggara Surabaya.

Ia bercerita, kini suaranya nyaris habis dan parau, karena pada malam kejadian ia berteriak memandu warga dan santri untuk mengungsi ke tempat yang aman. "Waktu itu, warga dan santri berkumpul di pesantren. Saya yang memandu agar mereka mengungsi ke dataran lebih tinggi di Dusun Delima Barat. Kami waktu itu panik, karena berada diantara dua sungai yang bergemuruh, yakni sungai Dinoyo di sebelah barat dan Kali Putih di sebelah timur," ungkapnya.

Ratusan warga dan santri, pada Minggu malam berada di tengah hujan gerimis dan merasa ketakutan, apalagi air sungai terus bergemuruh. "Mereka baru bisa dievakuasi ke tempat aman di Kecamatan Panti pada Senin pagi harinya," tuturnyai lirih.

Ia mengaku, belum tahu rencana apa yang akan dilakukan untuk lembaga pesantrennya. Hanya saja, Ponpes itu dipastikan akan di pindah ke lokasi lain yang lebih aman dan belum tahu tempatnya. "Kalau tetap di lokasi lama, itu kan sangat berbahaya, karena sekarang sudah menjadi sungai dan kami semua sangat trauma," katanya.

Mengenai ijasah santri dan siswa, ia meminta kebijaksanaan Diknas Jember untuk membantu menyelesaikan masalah itu.(ant/mkf)