Padang, NU Online
Meski dengan sarana dan prasarana, tenaga guru, dan manajemen yang sederhana, lembaga pendidikan pondok pesantren yang dikelola oleh masyarakat ternyata mampu menelorkan lulusan yang terbaik, berguna bagi masyarakat dan mandiri.
Demikian disampaikan Wakil Kepala Dinas Pendidikan Nasional Sumatera Barat DR Jasrial mewakili Gubernur Sumatera Barat ketika membuka "Seminar Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren Sumatera Barat" yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat bekerjasama dengan British Embasy Indonesia di Padang, Sabtu (28/7).
<>Menurut Jasrial, pondok pesantren dengan fasilitas apa adanya, dana terbatas, bisa efesiensi dapat menghasilkan lulusan yang baik. Hal itu karena pondok pesantren dikelola dengan nilai-nilai keikhlasan, tanggungjawab, jujur, sehingga santri menerima pelajaran lebih baik.
”Sedangkan di sekolah umum segala pembiayaan jelas, fasilitas tersedia, pimpinan digaji, infrastruktur lengkap. Tapi toh hasilnya masih perlu dipertanyakan. Bahkan bila disandingkan dengan tamatan pondok pesantren, tingkat kemandirian jauh lebih mandiri lulusan pesantren,” kata Jasrial.
Dikatakan, sekarang ini ratusan alumni pondok pesantren yang mampu bersaing di perguruan tinggi ternama di pulau Jawa seperti ITB, UI, Universitas Brawijaya, UGM dan sebagainya. Ternyata nilai akademiknya (IP) tidak kalah dari mahasiswa dari sekolah umum. Ini menunjukkan prestasi yang sangat mengembirakan.
”Sebanyak 10 orang pelajar Sumbar dikirim ke Al Azhar Kairo untuk melanjutkan pendidikan. Melalui APBD Sumbar, akan terus ditingkatkan jumlah santri dan pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” kata Jasrial.
Seminar bertemakan, ”Paradigma baru pendidikan: Manajemen berbasis madrasah (MBM) sebagai Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren di Sumatera Barat,” menampilkan narasumber Wakil Khatib PWNU Sumbar HM Guswandi Syas, Lc. MA, Staf Pengajar Universitas Negeri Padang Prof. DR. Sufyarma Marsidin, M.Pd dan Kasi Kurikulum Kanwil Depag Sumbar Drs.H.Firdaus Thahar, M.Pd.
Wakil Ketua PW NU Sumbar H.Zainal SH menyebutkan, tahun 1970-an ada anggapan pondok pesantren kelas 2, sesudah sekolah umum. Sehingga banyak orang tua yang enggan memasukkan anaknya ke sekolah agama seperti tsanawiyah atau pesantren, tapi cenderung ke sekolah umum.
"Bahkan guru di sekolah umum pun memandang rendah sekolah agama. Guru tersebut kaget dan heran, kalau ada murid pintar ingin masuk tsanawiyah atau pondok pesantren. Pertanyaannya pasti, lho kenapa masuk tsanawiyah. Anak pintar itu seharusnya masuk SMP atau SMA."
”Alhamdulillah, sekarang orang tua sudah merasa bangga anaknya sekolah di pondok pesantren. Sehingga peran dan posisi pondok pesantren sekarang semakin penting. Tinggal sejauh mana pondok pesantren mampu mensejajarkan diri dengan sekolah umum tersebut. Karena perhatian pemerintah sekarang sudah semakin tinggi terhadap pondok pesantren,” kata Zainal.
Kasi Kurikulum Kanwil Departemen Agama Sumbar Firdaus Thahar pun mengakui, sebelumnya lembaga yang mengurus pesantren hanyalah kasi, yang merupakan bagian kecil di Depag. Sekarang sudah ada bidang, sehingga sudah mempunyai porsi yang sama dengan bidang-bidang lainnya.
Ketua Panitia Firdaus S.S dalam laporannya menyampaikan, seminar diikuti sekitar 60 peserta dari berbagai pondok pesantren di Sumatera Barat.Seminar merupakan kelanjutan dari kunjunga ke Inggris selama satu bulan beberapa bulan lalu. (Bagindo Armaidi Tanjung)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
6
Cerita Rayhan, Anak 6 Tahun Juara 1 MHN Aqidatul Awam OSN Zona Jateng-DIY
Terkini
Lihat Semua