Warta

PKB: Kasus Penyusupan RMS Bukti Intelijen Lemah

Sabtu, 30 Juni 2007 | 06:31 WIB

Jakarta, NU Online
Kasus penyusupan sekitar 30 simpatisan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) pada puncak acara Hari Keluarga Nasional di Ambon yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merupakan bukti lemahnya jajaran intelijen.

"Ini bukti intelijen kita lemah, baik di pusat maupun di daerah," kata Ketua DPP PKB Hermawi F Taslim saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

<>

Menurut Taslim, kasus "nyelonongnya" simpatisan gerakan separatis dengan membawa bendera gerakan mereka pada acara yang dihadiri Presiden RI merupakan peristiwa yang memalukan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

"Pejabat keamanan terkait, khususnya kepala BIN (Badan Intelijen Negara) harus dievaluasi," kata Taslim yang merupakan koordinator PKB wilayah Indonesia bagian timur tersebut.

Lebih dari itu, lanjut Taslim, tampilnya simpatisan RMS membuktikan bahwa organisasi tersebut masih eksis dan pemerintah belum berhasil menanganinya.

Dikatakannya, anggota dan simpatisan RMS tentu memiliki tingkatan berbeda, termasuk juga alasan mereka bergabung dengan gerakan separatis tersebut. "Tentu yang bergabung itu ada yang karena alasan ideologis, ikut-ikutan, atau karena alasan lain. Penanganannya tentu juga harus berbeda," katanya.

Taslim mengimbau pemerintah agar melibatkan tokoh masyarakat, adat, dan Gereja di dalam menangani anggota dan simpatisan RMS sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Yang tidak kalah penting, kata Taslim, pemerintah harus mengembalikan martabat dan kehormatan masyarakat Ambon, salah satunya dengan meningkatkan kesejahteraan mereka.

"Ini akan sangat membantu dalam upaya mencegah semakin membesarnya jumlah simpatisan RMS, terutama mereka-mereka yang bergabung bukan karena alasan ideologis," katanya. (ant/mad)