Warta

PWNU Papua Menyelenggarakan Istighotsah Menghadapi UAN

Selasa, 6 Mei 2008 | 01:36 WIB

Papua, NU Online
Setelah berusaha secara lahiriah tentunya harus disertai dengan usaha batin dan berdoa kepada Allah SWT, itulah yang dilakuakan PWNU Papua dalam mengkelola pendidikan terutama dalam menghadapi ujian akhir nasional (UAN).

Istighotsah ini dilakukan serentak di seluruh Pengurus Cabang NU (PCNU) yang diserukan melalui lembaga Pendidikan Ma’arif wilayah Indonesia paling timur itu.<>

Di Jayapura sendiri istighostah itu tidak hanya diikuti oleh siswa SMP Nurul Huda, tetapi juga diikuti para siswa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda I dan Nurul Hidayah 2, dan juga Madraasah Al fatah, yayasan yang dikelola oleh PWNU. Istighosah dilangsungkan di Masjid  Jami’ Jaya Pura itu dipimpin oleh KH Ali Muhtar berlangsung dengan khusuk dan khidmat.

Perlu dicatat bahwa SMP Nurul Huda selama ini menduduki ranking tinggi dalam kelulusan ujian, sehingga masuk salah satu sekolah favorit di Ibu Kota Propinsi Papua ini. Sekolah ini memiliki keunggulan terutama dalam bidang matematika dan fisika.Namun demikian sebagai pengikut ajaran ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) tidak boleh pasrah sebelum berusaha, karena itu Menurut Drs. H. Qomari Kepala Sekolah Nurul Huda berbagai les tambahan serta doa bersama dalam bentuk Istighotsah tetap perlu dilakukan untuk meningkatkan prestasi sekolah yang dikewlola oleh PWNU.

Pelaksanaan Istighosah semacam ini sebenarnya tidak asing bagi masyarakat Islam Papua termasuk kalangan sekolahan, sebab doa bersama semacam itu telah lama ditradisikan. Apalagi selama ini kalaangan sekolah NU menjadikan kegiatan keagamaan seperti pembacaan dziba, barzanji dan tahli serta manakib sebagai pelajaran ekstra, sehingga tidak ada siswa yang tidak bisa membaca amala-amalan ahlussunnah tersebut.

Semakin maraknya Islam garis keras yang mengusik keutuhan ajaran Aswaja itu, penanaman nilai Aswaja menjadi sangat penting” kata Sekretaris jenderal PWNU Papua itu. Kerukunan dengan berbagai agama dan suku harus dijaga di propinsi ini, agar tidak terjadi konflik. Kalau sampai propinsi ini terjadi konflik anyar etnis atau agama, maka akibatnya akan terjadi disintegrasi bangsa. Demikian H Qomari mengakhiri keterangannya apada NU Online. (mdz)