Warta

PWNU Sulbar: Pemerintah Harus Menjadi Leader

Kamis, 10 Februari 2011 | 08:21 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Barat KH Muh Syibli Sihabuddin meminta pemerintah harus menjadi leader, pemimpin bukan dealer dalam menangani konflik agama akhir-akhir ini. Kalau menjadi leader berarti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) wajib menindak tegas pelaku anarkis sesuai konstitusi dan hukum yang ada.

“Pemimpin itu harus tegas dalam menyikapi berbagai bentuk tindakan anarkisme dan pelanggaran hukum. Sebab, kalau tidak, pemerintah akan kehilangan trust-kepercayaan dan wibawa dari rakyat. Akibatnya Negara akan terancam desintegrasi,” tandas Ketua Pembina Universitas Asy’ariyah Mandar (Unasman) Sulbar ini di Jakarta, Kamis (10/2).

Meng<>amati konflik dan anarkisme agama selama ini menurut anggota DPD RI ini, karena menganggap manusia harus menjadi kepentingan dari agama. Padahal, agama itu diturunkan adalah untuk kepentingan manusia. Tapi, faktanya yang terjadi sebaliknya. Sehingga, orang lain yang berbeda dianggap salah dan hanya diri dan kelompoknyalah yang paling benar.

Dengan menjadikan agama untuk kepentingan manusia lanjut Pembina PW GP Ansor Sulbar ini, maka pesan-pesan yang dilahirkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah pesan-pesan moral. Di mana agama menjadi paradigm, acuan moral dalam bermasyarakat tersebut.

“Kalau sebaliknya dengan menjadikan manusia berperan untuk kepentingan agama, maka akan selalu mengklaim orang lain bersalah dan harus masuk neraka, serta mereka meyakini jika surga itu sebagai warisan nenek moyangnya,” tutur Syibli sambil tersenyum.

Menyinggung kehidupan beragama di Sulbar, Syibli meyakini jika masyarakatnya tidak akan terprovokasi oleh tindakan anarkisme yang terjadi di Pandeglang, Banten maupun di Temanggung, Jawa Tengah. Warga muslim di Sulbar lebih tolerans dan pemahaman agamanya sudah cukup baik sebagaimana digariskan oleh Nahdlatul Ulama. “Juga diperkuat dengan ukuwah islamiyah melalui thoriqat Qodariyah,” katanya.

Sebagaimana juga pesan-pesan Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad Saw jika kita dalam berdakwah itu harus dengan penuh hikmah, kearifan dan nasihat-nasihat serta dialog yang lebih baik. “Bahwa keragaman, kebhinnekaan, pluralism itu sunnatullah yang diciptakan dari yang satu, ahad. Mengapa? Sebab, tanda-tanda kekuasaan Allah saja banyak, beragam di dunia ini (fa-aynama tuwalluu fatsamma wajhullah…) dan disitulah kesempurnaan Allah itu,” ujar KH Syibli Sihabuddin. (amf)