Warta

Rais Syuriyah NU Jatim: Pilih Capres yang Komitmen Pertahankan Aswaja!

Selasa, 7 Juli 2009 | 22:31 WIB

Surabaya, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Miftachul Akhyar, mengimbau kalangan nahdliyin (warga NU) memilih capres yang punya komitmen menjaga, melestarikan dan mempertahankan paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).

Sebab, dalam pandangannya, Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 ini merupakan ajang pertarungan penting untuk mempertahankan ajaran Aswaja. “…mengingat (kelompok berpaham) Wahabi sudah dekat dan hampir memasuki pemerintahan,” katanya kepada NU Online di Surabaya, Selasa (7/7) malam.<>

Kiai Miftach—begitu panggilan akrabnya, menambahkan, kalau kelompok berpaham Wahabi itu dibiarkan, “bisa-bisa menteri agama diambil (dijabat) oleh (kalangan) mereka.”

Selain itu, imbuhnya, capres yang harus dipilih warga NU di Jatim adalah orang yang jelas berlatar belakang NU. Tanpa menyebut nama, ia mengatakan bahwa di antara capres yang ada, hanya satu yang jelas ke-NU-annya. Bahkan, orang itu pun, katanya, masih tercatat sebagai pengurus NU dan pengabdiannya pada NU tak diragukan lagi.

“Sudahlah, jangan ‘lirik’ yang lain. Pilih pasangan yang jelas NU-nya,” ujar Kiai Miftach singkat.

Kiai Miftach merupakan satu di antara 1.500 kiai se-Jatim yang turut menyatakan kebulatan tekat mendukung pasangan capres-cawapres Jusuf Kalla-Wiranto. Kebulatan tekat itu merupakan hasil bahsul masail (pembahasan masalah) 1.500 ulama tersebut yang  diselenggarakan pada 21 Juli lalu.

Sejumlah nama lain yang terlibat dalam bahsul masail itu, di antaranya, KH Muchith Muzadi (Jember), KH Sofyan Miftah (Situbondo), KH R Cholil As'ad (Situbondo), KH Fawaid As'ad (Situbondo), KH Mas Ahmad Subadar (Pasuruan), KH Chotib Umar (Jember), KH Hisyam Syafaat (Banyuwangi), dan KH Mutawakkil Alallah (Probolinggo).

Ada pula, KH Abdullah Faqih (Tuban), KH Zainudin Djazuli (Kediri), KH Anwar Mansyur (Kediri), KH Nurul Huda Djazuli (Kediri), KH Sholeh Qosim (Sidoarjo), KH Agus Ali Masyhuri (Sidoarjo), KH Masduqi Mahfudz (Malang), dan KH Hadi Mahfudz (Tulungagung). (rif)