Warta

RMI Adakan Pelatihan Teknologi Informasi

Jumat, 12 Januari 2007 | 08:38 WIB

Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (PP RMI) akan menyelenggarakan Pelatihan dan Kursus Teknologi Informasi bagi santri Pondok Pesantren. Sesuai dengan kebutuhan pesantren di lingkungan NU, kursus dan pelatihan akan difokuskan pada dua materi, yaitu maintenance komputer dan pengenalan program internet.

Kursus dan pelatihan tersebut akan direalisasikan pada pertengahan Februari 2007. Organisasi yang mengkoordinir pesantren-pesantren di bawah naungan NU itu berharap dapat membantu menyiapkan tenaga teknisi mampu merawat komputer di pesantren-pesantren sembari memperluas akses informasi melalui dunia maya.

<>

“Saat ini sudah banyak pesantren yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat pendukung administrasi dan proses pembelajaran. Mereka sudah mampu mengoperasionalkan komputer. Bahkan beberapa pesantren sudah mampu menerbitkan majalah, koran lokal, dan buku. Program maintenance komputer ini adalah solusi,” kata Sulthan Fatoni, Wakil Sekretaris PP RMI kepada NU Online di Jakarta, Jumat (12/01).

Sementara untuk program pelatihan internet, menurut Sulthan, terkait dengan urgensi internet dewasa ini yang dapat dimanfaatkan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan sekaligus sosialisasi nilai-nilai pesantren.

“Pesantren sudah banyak yang punya komputer dan line telepon. Nah, dua fasilitas ini dapat dioptimalkan dengan menghidupkan jaringan internet di pesantren-pesantren. Dengan begitu, setiap hari civitas pesantren dapat up date informasi dan pengetahuan sekaligus mengenalkan tradisi pesantren melalui dunia maya,” jelas Sulthan.

Dikatakan Master Sosiologi Universitas Indonesia itu kebutuhan mendesak pesantren sekarang ini adalah sosialisasi nilai pesantren di tingkat global. Pesantren adalah miniatur masyarakat religius dunia yang punya ritme kehidupan yang dinamis, tertib, harmonis dan menjunjung tinggi pluralitas. Nilai luhur ini sayangnya tidak didukung oleh kapital sosial yang berbentuk jaringan yang kuat sehingga rapuh di tingkat sosialisasi perebutan wacana.

Sulthan mencontohkan, bahwa NU lahir puluhan tahun mendahului UN (United Nation-red), tapi UN jauh berpengaruh dibanding NU. Begitu juga pesantren yang eksis hampir berbarengan dengan masa pencerahan Eropa, namun hanya segelintir orang Eropa yang memahami pesantren. “Karena itu kita perlu mengejar ketertinggalan ini dengan memperkuat dan memaksimalkan bidang teknologi informasi, salah satunya adalah fasilitas internet,” katanya.

Program Pelatihan dan Kursus Teknologi Informasi bagi santri itu merupakan rangkaian dari program riil PP RMI yang terfokus pada tiga program unggulan, yaitu peningkatan ekonomi masyarakat pesantren, pengembangan sumber daya masyarakat pesantren, dan peningkatan kualitas pendidikan pesantren. Pilihan program ini, diakui oleh Sulthan, sangat tidak populis di tingkat publikasi.

“Ketua PP RMI mengarahkan agar program PP RMI disusun berdasarkan kebutuhan pesantren, bukan berdasarkan pada pesanan atau proyek kepentingan luar. Sehingga pada periode ini kami menghindari kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial,” terang Sulthan.

Selain menyiapkan Pelatihan dan Kursus Teknologi Informasi bagi santri, saat ini PP RMI sedang merumuskan kurikulum madrasah diniyah, data base pesantren, memfasilitasi santri berprestasi, membantu tenaga guru kitab kuning bagi pesantren kecil, riset dan produksi mesin perahu RMI untuk nelayan yang didominasi wali santri, dan pendirian BMT di pesantren.

“Beberapa instansi Pemerintah juga sudah bekerjasama dengan kami, tapi itu bukan prioritas mengingat kebanyakan tidak klop dengan kebutuhan pesantren. Sekarang kami yang menawarkan program, mau ikut ya mari dengan senang hati, gak mau ya kami berusaha jalan dengan kemampuan sendiri,” kata Sulthan optimis.

Kursus maintenance komputer direncanakan selama tiga bulan, sedangkan pelatihan internet selama tujuh hari. Sebagai tahap awal, program ini akan dikonsentrasikan untuk 30 pesantren di Jawa Timur. (nam)