Warta

Sekjen Lesbumi: Perlu Strategi Melawan "Serangan" Hollywood

Selasa, 8 Mei 2007 | 03:23 WIB

Jakarta, NU Online
Semakin gencarnya tayangan film-film Hollywood yang beredar hampir di seluruh stasiun televisi Indonesia, seharusnya menjadi koreksi diri atas kian tergerusnya budaya perfilman ketimuran kita. Demikian diungkapkan Sekjen Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia, M. Dienaldo kepada NU Online di Jakarta, Selasa (8/5).

Bang Dinal, demikian ia akrab disapa, mengatakan, film-film "pabrikan" AS tersebut telah memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi generasi muda Indonesia karena "seringnya dicekoki film-film Hollywood" tersebut.<>

"Disadari atau tidak, film-film tersebut adalah bagian dari strategi pemerintahan AS untuk melenyapkan kesadaran generasi muda kita untuk tidak lagi mengenal film-film ketimuran yang dulu begitu menjunjung tinggi nilai-nilai seni, etika, dan moralitas," ungkap Bang Dinal.

Untuk menghadapi perang kebudayaan ini, demikian ia menyebutnya, bangsa Indonesia harus memiliki strategi kebudayaan agar identitas film-film ketimurannya tetap terjaga.

"Film-film seperti perang Vietnam adalah satu dari film-film Holliwood yang tidak menggambarkan realitas yang sesungguhnya," ungkapnya dan mempertanyakan kenapa film-film itu selalu menjadikan "orang-orang Timur" menjadi korban dan selalu berada dalam posisi yang kalah.

Pria kelahiran Palembang ini berharap adanya sikap tegas dari pemerintah melalui lembaga-lembaga perfilman untuk membatasi peredaran film-film Hollywood tersebut.

Dikatakannya, bangsa Indonesia semestinya bisa belajar dari Iran dalam menghadapi perang kebudayaan melalui film-film yang mereka buat.

Dia mencontohkan, film tentang peperangan kuno, 300, yang menuturkan kembali perang antara sekelompok kecil tentara Yunani yang menghadapi penyerbuan bangsa Persia, dikecam sebagai serangan atas kebudayaan Iran oleh tokoh-tokoh pemerintah negara itu.

"Ini bukan pertama kalinya Iran memprotes film Hollywood," pungkasnya. (dar)