Warta STIGMA BID'AH JUGA DIALAMI NU DI JEPANG

Sikapi dengan Senyum Sambil Pesan Spageti

Selasa, 14 November 2006 | 05:14 WIB

Jakarta, NU Online
Stigma bid’ah (mengada-ada dalam beribadah) ternyata tak hanya dialami oleh kalangan nahdliyyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU) di Indonesia saja. Warga nahdliyyin yang berdomisili di Jepang pun kerap mendapat penilaian kurang menyenangkan tersebut.

“Di Jepang, tantangan NU muncul dari kelompok yang bergaris Islam agak keras dan mengklaim kelompok lain berbau bid’ah serta berorientasi pada hadis-hadis dhoif (lemah-Red),“ kata Khariri Ma’mun, mantan Rais ‘Aam Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Nihon kepada NU Online, di Jakarta, Ahad (12/11) lalu.

<>

PCINU Nihon, sebutan lain dari PCINU Jepang, merupakan wadah bagi warga nahdliyyin yang berdomisili di negeri Sakura tersebut. Mereka yang rata-rata sedang melakukan studi di negara pimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe itu juga turut mendakwahkan ajaran NU, Ahlussunnah Wal Jamaah.

Namun demikian, menurut Khariri, demikian panggilan akrabnya, hal itu tak perlu disikapi dengan emosional. “Tantangan model ini sebenarnya cukup disikapi dengan senyum-senyum sambil pesan spageti di Seizeria, anggap saja itu sebuah lelucon,“ ujarnya berkelakar.

Dikatakan Pemimpin Redaksi Tabloid Info Beasiswa itu, sikap bijak dalam mengahadapi sebuah persoalan, termasuk merespon pandangan negatif, akan muncul saat dalam kondisi tenang. “Saya hanya ingat kata Cak Nun (Emha Ainun Najib-Red) bahwa saat ini kita harus banyak belajar tertawa. Karena banyak hal yang memang akan dapat kita sikapi lebih bijak saat kita melihatnya dalam posisi rileks,“ ungkapnya.

“Jadi, ndak usah sibuk dan menanggapi saudara-saudara kita yang mengklaim diri memperjuangkan Islam dan syariat. Rileks saja! Pekerjaan mereka memang begitu, itu sudah menjadi salah satu program kerja kelompok,“ imbuh Khariri.

Hal yang saat ini lebih perlu dilakukan, lanjut Khariri, adalah bagaimana berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Bukannya terus menanggapi penilaian-penilaian tak menyenangkan tersebut. “Saya tidak terlalu peduli lagi, sekarang bagaimana caranya mencari alternatif dan kegiatan yang bisa langsung berdampak pada akar rumput,“ tandasnya.

Tabloid plus website Info Beasiswa merupakan salah satu langkah terobosan yang dilakukan Khariri bersama rekan-rekannya dalam memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Ke depan, ia akan mewujudkan sebuah obsesi yang sudah cukup lama dicanangkan, yakni membuat Griya Zakat.

“Ada PR (pekerjaan rumah-Red) yang belum sempat saya selesaikan. Saya janji dengan teman-teman untuk membuat Griya Zakat, sebuah lembaga fund rising local yang nantinya bisa dijadikan alternaif pengelolaan dana umat dengan pendekatan manajemen yang profesional dan modern,“ jelas Khariri.

Lembaga itu, kata Khariri, nantinya akan membuka layanan online di kafe-kafe, mal dan pusat-pusat bisnis. “Kemarin saya sudah ketemu beberapa temen yang siap membantu pengelolaannya,“ ujarnya optimis. (rif)