Warta

Tak Akan Ada Korupsi di Indonesia jika Pejabatnya Amalkan Tasawuf

Selasa, 16 September 2008 | 00:39 WIB

Kairo, NU Online
Tak akan ada praktik korupsi Indonesia jika para pejabat atau para penyelenggara negaranya dapat mengamalkan ajaran tasawuf. Sebab, seorang sufi akan selalu bertobat dan ingat kepada Allah.

Seorang sufi akan selalu merasa bahwa harta benda adalah titipan Allah semata. Ia juga mampu menahan marah dan sangat menghargai waktu. Sebab, baginya, waktu terkait dengan zikirnya.<>

Hal tersebut dikatakan A'wan Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir, Saifullah Abdussamad, pada dialog bertajuk “Fikih Tasawuf dan Aplikasinya di Era Mutakhir”, di Kairo, Mesir, Ahad (14/9) lalu.

Menurutnya, tasawuf juga bisa masuk ke dunia politik. "Kalau para politikus dan pejabat juga terjun ke dunia sufi dan mengamalkan, saya yakin Indonesia akan bersih dari koruptor. Kalau sudah begitu, Indonesia pasti akan makmur," terang staf Kedutaan Besar RI di Kairo itu.

Pembicara lainnya, Azhar Kholil, menjelaskan seputar sejarah tentang disiplin ilmu tasawuf dan dan istilah sufi. Menurutnya, munculnya kedua disiplin itu baru muncul sekitar abad ke-2 hingga ke-3 hijriah.

Selain itu, kata Azhar, manusia memiliki dua sifat keimanan, yaitu iman fitri dan iman kasbi. Iman fitri adalah iman yang jelas sejak lahir sudah ada, dan hal ini tidak dibahas agama. "Terlepas imannya kepada siapa," tandasnya.

Iman kasbi bakal dimintai pertanggungjawabannya di akhirat nanti. "Iman kasbi adalah iman hasil berusaha seorang mahluk, di antaranya dengan berlatih, membaca dan sebagainya," jelasnya. (aan)