Warta PEMBAJAKAN KITAB SIRAJUT THALIBIN

Wakil Rais Aam: NU Harus Tegas Agar Pembajakan Tak Terulang

Selasa, 21 Juli 2009 | 21:09 WIB

Depok, NU Online
Berkaitan dengan pembajakan kitab Sirajut Thalibin karya Syekh Ihsan Jampes oleh penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah Beirut, Lebanon, Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Tolchah Hasan menyatakan, perlu ada penyelidikan lebih lanjut tentang kemunkinan luasnya pembajakan karya ulama Nusantara.

Jangan-jangan karya intelektual yang dibajak tidak hanya kitab Syekh Ihsan. Siapa tahu kitab babon Kiai Machfud Tremas atau kitab Kiai Nawawi Al-Bantani atau kitab ulama Nusantara atau ulama Jawi yang lain juga dibajak.<>

”NU dan terutama mahasiswa NU yang ada di luar negeri, Timur tengah khususnya, bisa melakukan tugas ini,” kata Kiai Tolchah di sela peresmian Masjid Al-Hikam II, Depok, Jum’at (17/7) lalu.

Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) di luar negeri diharapkan bisa memantau peredaran kitab-kitab ulama Nusantara ini, sejauh mana kitab tersebut dikaji di berbagai lembaga pendidikan Islam di Timur Tengah dan di dunia Islam pada umumnya, termasuk di berbagai unversitas di Barat.

”Selanjutnya bila ada pembajakan juga bisa segera dilaporkan kepada kalangan Muslim Indoneisa dan NU khususnya, sebagai pewaris dari tradisi Islam Nusantara,” kata Kiai Tolchah yang juga Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam Universitas Islam Malang (Unisma).

Ia menyarankan agar para ulama Indonesia bersikap tegas menghadapi masalah pembajakn itu, dengan menunjukkan bukti-bukti otentik misalnya manuskrip kitab tersebut masih tersimpan di Indonesia, di tangan keluarga maupun diperpustakaan PBNU.

”Harapan kita mereka mau menghentikan pelanggarannya itu. Kalau mereka tidak mau menarik kitab dari peredaran, mereka kita tuntut di pengadilan. Sikap tegas ini kita harapkan bisa membuat mereka jera,” katanya.

Jika pembajakan dibiarkan, maka pihak-pihak tertentu akan terus-menerus melakukan pembajakan. Oleh karena itu Kiai Tolchah menegaskan PBNU terutama syuryiah akan memantau seluruh perkembanghan ini.

Memontum ini, tambahnya, juga penting sebagai peringatan pada ulama Indonesai bahwa mereka bisa duduk setara dengan para ulama besar di Timur Tengah yang pikiran serta karyanya dihagai. Pembajakan itu merupakan bukti bahwa mereka kagum pada karya yang di miliki oleh ulama Indonesia. (mdz/nam)