Warta

Walikota New York Tolak Libur Islam di Sekolah

Jumat, 10 Juli 2009 | 10:30 WIB

New York, NU Online
Ketika siswa sekolah dasar tingkat lima, Sumaita Hasan, mendengar sekolah umum di New York mungkin akan libur pada Idul Fitri dan Idul Adha, ia tak dapat menyembunyikan kegembiraannya. "Keren" ucapnya.

Ia memiliki alasan tepat untuk antusias. Sebagian besar temanya, yang beragama Nasrani dan Kristen memiliki libur ketika merayakan Natal dan Hanukkah tahun lalu. Mereka berkumpul dengan keluarga, berbagi hadiah, menikmati hidangan lezat dan mendatangi acara keagamaan.<>

Namun, tidak dengan Sumaita. Ia harus menghabiskan Idul Fitri dan Idul Adha di ruang kelas. Ia bahkan tak bisa datang untuk salat Idul Fitri karena pelajaran di sekolah.

"Kami selalu mempelajari hal baru setiap hari di sekolah," kata Sumaita. "Karena itu, saya tidak ingin ketinggalan apa pun," ungkapnya, dikutip dari Islam Online.

Menurut Koalisi Libur untuk Sekolah Muslim, siswa Muslim diperkirakan sebesar 12 persen dari total pelajar di sekolah umum Kota New York (NYC). Sepanjang tahun, siswa Muslim dan keluarga mereka di penjuru New York berharap hari raya itu jatuh pada akhir pekan, sehingga mereka dan anak-anak tak perlu ketinggalan satu hari pun kelas di sekolah.

Setelah lobi berulang-ulang, Dewan Kota NYC, akhirnya meluluskan sebuah resolusi mengijinkan semua sekolah publik ditutup saat Idul Fitri dan Idul Adha. Namun, baru saja harapan umat Muslim terlihat seperti terpenuhi, Walikota NYC, Michael Bloomberg menolak pengajuan tersebut.

Ia mengklaim proposal itu adalah ketergelinciran pula bagi agama lain untuk meminta libur sekolah. "Salah satu masalah dalam kota majemuk adalah, jika kamu menutup sekolah untuk setiap liburan yang ada, maka tidak akan ada sekolah," ujarnya.

Meski faktannya, sekolah umum di NYC, kota dengan sistem persekolahan terbesar di negara Paman Sam, telah menganut aturan meliburkan sekolah saat Natal dan hari raya Yahudi, seperti Rosh Hashanah, Yom Kipur, dan Hanukkah. Satu pekan libur saat musim panas juga dijadwalkan tiap tahun bersamaan dengan Paskah dan Kenaikkan Isa Almasih.

Tentu saja pernyataan si walikota menuai banyak protes. "Jika mereka ingin menutup sekolah untuk agama lain, maka Muslim pun seharusnya memiliki hak sama. Saya tidak setuju dengan Walikota Bloomberg," ujar anggota Dewan Kota, Robert Jackson, seorang muslim dan penentang keras penolakan Bloomberg.

Ia mengatakan, jika Bloomberg tidak menghormati dan memberi libur sekolah, maka diskriminasi akan segara mencuat sebagai isu. Namun, Imam Shamsi Ali dari Pusat Kebudayaan Islami di Manhataan tidak sependapat.

"Saya tidak melihat ini sebagai diskriminasi. Saya melihatnya lebih kepada tidak adil," ujarnya. "Saya tidak berpikir ia akan sengaja melakukan sesuatu berdasar diskriminasi," ujarnya.

Imam Ali sendiri mengapresiasi Walikota Bloombert yang dalam sejarah telah beberapa kali merangkul minoritas. Sang Walikota pernah menyatakan penunjukkan terhadap seorang muslim, Omar Mohammedi sebagai Komisioner Muslim pertama kota tersebut dalam urusan Hak Asasi Manusia.

Imam Ali juga mengatakan ia tengah bekerja sama dengan kolega antar-keyakinan untuk mempengaruhi walikota mengubah pikirannya. Proposal libur saat hari raya Muslim sendiri telah diterima dan disetujui oleh komunitas keagamaan besar lain. (dar)