Warta

Wisatawan harus Patuhi Aturan di Komplek Wisata Ziarah

Selasa, 21 Agustus 2007 | 08:02 WIB

Mataram, NU Online
Wisatawan harus tunduk terhadap ketentuan yang ditetapkan di berbagai obyek wisata khususnya wisata ziarah, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat.

"Untuk itu, NTB tidak akan mengobral obyek wisata ziarah jika wisatawan yang datang tidak mau mematuhi ketentuan yang ada," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, H. Muhammad Nur, SH kepada wartawan di Mataram, Selasa (21/8).

<>

Wisatawan tidak bisa bebas masuk ke obyek wisata ziarah misalnya akan memasuki makan para wali dan masjid tua, wisatawan akan masuk ke obyek tersebut harus berpakaian rapi bukan seperti pakaian pantai.

"Kalau dipantai para wisatawan bebas menggenakan pakaian termasuk pakaian renang, tetapi di obyek wisata ziarah tidak sebebas itu," jelasnya.

Dia menjelaskan, NTB memiliki keragaman peninggalan warisan sejarah dan budaya Islam yang unik untuk diketahui masyarakat dan keberadaannya dibeberapa kabupaten/kota di daerah itu. Keragaman peninggalan sejarah tersebut menjadi aset yang tidak ternilai harganya.

Potensi itu harus dipelihara dan dikemas secara lebih baik lagi agar lebih menarik bagi para wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Wisata ziarah merupakan salah satu unsur tradisi atau budaya masyarakat yang biasa dikaitkan dengan motivasi yang berkembang dengan pendalaman iman atau berdoa sebagian dari ibadah.

Dia menjelaskan, pengembangan wisata ziarah merupakan suatu kegiatan yang lebih populer dikenal sebagai "pilgrimage tourism" dan hal tersebut bukanlah suatu hal baru dalam dunia pariwisata.

Istilah "pilgrimage tourism" telah muncul pada abad ke-13 yaitu dikenalnya riwayat perjalanan Ibnu Battutah yang menjadi "pilgrim Traveller" di Asia Afrika pada tahun 1325-1354.

Secara faktual kegiatan wisata ziarah di Indonesia telah berkembang sejak lama dan dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Kegiatan itu akan terus didorong pengembangannya tidak hanya wisata ziarah domestik melainkan juga berskala internasional.

"Minat wisatawan mancanegara sangat besar untuk mengunjungi obyek-obyek yang memiliki nilai religius antara lain wisatawan Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Timur Tengah," katanya. (ant/din)